Â
Bagi pengguna twitter, beberapa hari lalu pasti tahu soal twit yang bersifat menghina seorang pegiat sosial media terhadap seorang cucu pendiri pondok pesantren Lirboyo. Twit itu dikecam banyak pihak, karena tidak sopan dan memaksa pegiat medsos itu akhirnya minta maaf kepada ybs.
Berawal dari sebuah postingan yang menampilkan seorang Wanita yang kemudian diketahui bernama Ning Imaz Fatimatuz Zahra sedang menerangkan soal apa yang didapat oleh Wanita di surga, jika pria disambut oleh tujuh bidadari. Perlu diketahui Ning Imaz merupakan ahli fikih dan penghafal al Quran sejak muda. Ilmu agamanya mumpuni.
Lalu pegiat media sosial itu dengan kata kasarnya memberikan caption besar di tayangan itu dengan kata-kata yang kasar dan tak pantas diucapkan. Isinya : "Jadi bidadari itu bukan perempuan? T***l tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi s*******ngan, tulis pegiat medsos itu pada Selasa, 13 September 2022.Â
Melihat komentarnya seperti itu, Jelas bahwa pegiat itu hanya mendengarkan cuplikan bagian depan tayangan itu saja. Tidak seluruh penjelasan Ning Imaz dia dengarkan karena apa yang diterangkan oleh Ning Imaz adalah menurut al-Quran.
Peristiwa itu bak "kena batunya" bagi pegiat medsos itu dan memang berakhir dengan permintaan maaf. Pihak ponpes Lirboyo menerimanya dalam suasaan penuh kekeluargaan. Perlu diketahui bahwa Ning Imaz adalah putri Pengasuh Pondok Pesantren Putri Al Ihsan Lirboyo, KH Abdul Khaliq Ridwan dan Nyai Hj Eeng Sukaenah.Â
Kakeknya adalah pengarang kitab Siraj ath-Thalibin, Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Jampasy. Ning Imaz juga merupakan istri dari Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Kaliwungu Kendal Gus Rifqi Muslim Suyuti
Mereka mengajukan enam syarat dalam penerimaan maaf itu, diantaranya adalah harapan agar supaya pegiat medsos tersebut menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran untuk bijak dan santun dalam bermedia sosial di masa-masa mendatang.Â
Pengasuh ponpes Lirboyo juga berharap agar masyarakat luas tidak menjadikan medsos sebagai sarana menyampaikan ujaran kebencian dan caci maki tapi justru digunakan untuk dakwah kebaikan dan menyampaikan informasi yang bermanfaat.
Saya pikir, tentu saja harapan ini tidak terbatas pada harapan dari ponpes Lirboyo saja. Tapi juga harapan kita semua dan tantangan untuk pegiat medsos dan para penggunanya (apapun platformnya) untuk memakai medsos demi kegiatan positif dan bukan sebaliknya.