Pasuruan, 5 November 2024– Meylani Eriyanti Azzahra, mahasiswa baru program studi Manajemen di Universitas Merdeka Pasuruan.
Literasi adalah kemampuan individu dalam membaca, menulis, memahami, dan menganalisis informasi. Kemampuan ini merupakan fondasi penting untuk menciptakan generasi yang kritis, kreatif, dan berdaya saing tinggi. Namun, realitas di Indonesia menunjukkan bahwa literasi di kalangan pelajar masih rendah. Berdasarkan survei.
Hal ini menunjukkan bahwa literasi bukan hanya sekadar persoalan teknis membaca, tetapi mencerminkan kualitas pendidikan dan minat baca yang rendah di kalangan pelajar.
Faktor Penyebab
Kurangnya Budaya Membaca
Budaya membaca di Indonesia masih kalah populer dibandingkan dengan hiburan digital seperti media sosial dan game. Perubahan teknologi sering kali tidak diimbangi dengan pemanfaatan positif, seperti membaca e-book atau artikel informatif.
Dampak dari Rendahnya Literasi
Minimnya Pemahaman Kritis: Pelajar dengan kemampuan literasi rendah cenderung kesulitan menganalisis informasi dan membedakan fakta dari opini.
Kurangnya Kompetensi Global: Dalam era globalisasi, literasi adalah kunci untuk bersaing di tingkat internasional. Rendahnya literasi membatasi peluang pelajar Indonesia untuk bersaing secara global.
Pengaruh Negatif pada Pendidikan Lanjutan: Pelajar yang tidak memiliki dasar literasi yang kuat sering mengalami kesulitan dalam pendidikan tingkat lanjut.
Pada hari yang cerah, tim kami berkesempatan untuk mengunjungi salah satu universitas di Kota Pasuruan yang cukup dikenal akan kualitas pendidikannya, yaitu Universitas Merdeka Pasuruan.Â
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk menggali cerita-cerita inspiratif dari para mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di sana. Salah satu momen menarik dalam kunjungan ini adalah saat kami mewawancarai seorang mahasiswa dari program studi Manajemen, Meylani Eriyanti Az Zahra.
Wawancara dimulai dengan perkenalan singkat dan obrolan ringan untuk mencairkan suasana. Setelah itu, kami mulai mengajukan pertanyaan utama, yaitu apa yang menjadi motivasi Meylani memilih kuliah di Universitas Merdeka Pasuruan, khususnya di jurusan Manajemen.Â
Dengan senyum yang tulus, Meylani menjelaskan bahwa keputusannya untuk kuliah di sini sepenuhnya adalah kemauan pribadi. Ia merasa bahwa dirinya memiliki minat yang besar di bidang manajemen, yang juga sejalan dengan kemampuan dasarnya (basic) dalam mengelola dan memahami aspek-aspek yang relevan dengan manajemen. "Saya memang dari awal ingin kuliah di jurusan ini karena sesuai dengan passion saya," ungkapnya.
Selanjutnya, kami menggali lebih dalam tentang pandangannya terhadap pentingnya pendidikan. Ketika ditanya apakah pendidikan menjadi hal yang sangat berarti baginya, Meylani menjawab dengan penuh keyakinan bahwa pendidikan adalah salah satu aspek paling penting dalam hidupnya.
 Baginya, pendidikan bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan diri, memperluas wawasan, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. "Saya percaya bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang. Dengan pendidikan, saya bisa memiliki lebih banyak peluang dan kemampuan untuk mencapai apa yang saya cita-citakan," ujar Meylani dengan semangat.
Ia juga bercerita bagaimana keluarganya selalu mendukung langkahnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, Meylani menegaskan bahwa keputusannya untuk kuliah bukan semata-mata karena dorongan dari orang tua, melainkan karena ia sendiri menyadari pentingnya pendidikan dalam kehidupan. "Orang tua saya mendukung, tetapi saya memilih kuliah karena saya tahu ini penting untuk masa depan saya," tambahnya.
Dari wawancara ini, kami mendapat kesan bahwa Meylani adalah sosok mahasiswa yang memiliki visi yang jelas tentang pendidikan dan masa depannya. Ia tidak hanya menjalani kuliah sebagai kewajiban, tetapi sebagai langkah nyata untuk mengembangkan potensi dan keahliannya di bidang manajemen. Universitas Merdeka Pasuruan, dengan segala fasilitas dan programnya, menjadi tempat baginya untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.
Wawancara ini memberikan kami wawasan bahwa di balik setiap mahasiswa, ada cerita dan motivasi yang unik. Cerita Meylani adalah salah satu contoh bagaimana pendidikan bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih baik, asalkan dijalani dengan kesungguhan dan komitmen. Kami pun berharap Universitas Merdeka Pasuruan terus menjadi wadah yang mendukung perjalanan pendidikan mahasiswa-mahasiswanya, termasuk Meylani Eriyanti Az Zahra, dalam meraih kesuksesan di masa depan.
Kesimpulan
Rendahnya literasi di kalangan pelajar Indonesia adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Dengan meningkatkan akses ke sumber bacaan, menanamkan budaya membaca, dan memperbaiki metode pembelajaran, literasi dapat menjadi kekuatan untuk mencetak generasi yang lebih cerdas dan berdaya saing. Upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat, dan individu akan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini dan membangun masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H