"Memangnya seperti itu tha, Fe ?"
"Jangan mengelak, El. Banyak contohnya, Papa, Bapak, Pakdhe, Paklik, Oom, Mbah Kakung. Tetangga kita, Pak Hadi, Pak Suripto, Pak Usodo, Pak Sumardianto, Pak Wahono, Pak Sujito, Pak Sardjito, Pak Sudono. Bertambah lagi Bapak temanku hari ini. Masih butuh berapa banyak contoh lagi, El ?"
El tertawa kecil mendengar daftar nama yang disebutkan Fe ,"Kamu seperti petugas sensus kematian ya, Fe"
"Aku serius, El," Fe mencubit gemas lengan El.
"Aww..." El menjerit kecil menahan sakit cubitan kecil Fe, kemudian tertawa dan menjentikkan jarinya di hidung Fe.
"Sungguh... Aku takut, El. Aku bahkan berharap, biarlah aku nanti boleh lebih dulu meninggal daripada kamu, El. Aku takut kehilangan orang-orang yang aku kasihi, El..."
El menutup bibir Fe dengan jari telunjuknya sambil menggelengkan kepalanya "Jangan memaksakan kehendakmu pada Tuhan, Fe"
"Aku tidak memaksakan kehendak, El. Aku hanya meminta... Aku cuma berharap..."
"Kalau begitu, serahkan pada Tuhan. Tak usahlah kamu berpikir panjang atau pendeknya usia seseorang. Jalani usia pemberian Tuhan sebaik-baiknya. Okey, Fe ?!"
"El... "
"Trust me. I always be with u, forever and ever."