Mohon tunggu...
Dewi Leyly
Dewi Leyly Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ASN

Life is a journey of hopes.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tajuk Memori (3)

19 Maret 2019   09:29 Diperbarui: 19 Maret 2019   09:37 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu juga belum makan ya, Dik ? Kita cari makanan, yuk ?!" ajak Joe. Aku mengangguk.

" Tapi tukeran tas yang harus dibawa, ya ?" pintaku.

"Beres ," jawab Joe menyerahkan tasnya padaku dan kemudian mengangkat tasku yang lumayan... berat !!!

"Kamu bawa apa, Dik ? Bukan bom, kan ?!" kata Joe sedikit meringis mengangkat travel bag ku. He he he... kamipun melangkah menuju cafe yang ada di sekitar terminal itu.

" Nah, di sini nggak ada yang jualan ikan pee lagi ya... ??" canda Joe sambil masuk kafe donat di seberang kafe yang menjual nasi rawon dan sate.

Setelah memesan makanan dan minuman, kami duduk dan melanjutkan obrolan yang sempat terputus beberapa saat. Saling share mulai dari cerita-cerita masa lalu sampai yang paling gress saat ini. Tiada henti kisah-kisah mengalir dibarengi tawa dan terkadang tampang serius, bak dua sahabat yang lama tak jumpa. Puncaknya, ketika Joe bercerita tentang pergumulan yang harus dihadapinya setengah tahun yang lalu bahkan sampai dengan saat ini. Betapa sulit pilihan yang harus diambilnya... Aku tercekat. Kerongkonganku terasa kering. Cerita Joe ini adalah jawaban dari seribu pertanyaan yang masih mengganjal di hatiku selama ini. Tak sekompleks yang kubayangkan. Tapi justru karena sederhana itulah yang membuat keputusan yang diambil terasa berat.

" Dik, kuharap kamu bisa pahami keadaan ini. Biarlah ini menjadi kisah dan rahasia kita dengan Tuhan. Jika Tuhan sendiri yang pimpin, pasti itu yang terbaik buat kita. Selama ini, itulah yang menjadi pedomanku melangkah. Memang sungguh berat, tapi harus dilakukan. Aku berharap masih ada komunikasi di antara kita, saling support dan mendoakan... " mata Joe mulai berkaca-kaca.

"Iya... iya, Mas. Apapun yang terjadi, kita tetap kakak dan adik, masih ingat kata-kata itu kan ?!" potongku.

Hati kecilku menjerit, "Tuhan... kenapa ini harus terjadi ? Kenapa harus Joe ?!"

Gemuruh di dinding-dinding batinku ingin berontak, tapi...tidak !!! Aku tidak boleh egois. Aku tidak mau menjadi batu sandungan dalam pergumulan Joe. Terselip haru dan bangga mendengar penuturannya. Pengorbanan yang membutuhkan kesabaran dan ketabahan untuk melalui ini semua. Setitik hangat menyentuh dinding-dinding hatiku yang mulai membeku. Aku berusaha untuk tersenyum, walau pedih, tapi aku pasti baik-baik saja...

Tak terasa dua jam sudah berlalu. Setelah membayar bon di kasir, kembali kami kami melangkah melewati ruang tunggu terminal menuju bus antar kota yang menjadi tujuan keberangkatanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun