"Allah mengirimkan makanan?" tanyanya dengan antusias.
Aku mengangguk.
"Wah, Nabila juga mau mengirimkan makanan untuk teman-teman Nabila di sana!"
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Terbersit kekaguman padanya.
Betapa sikap peduli terhadap sesama sudah hidup dalam dirinya, padahal usianya masih sangat muda. Aku menjadi terharu. Dan juga menjadi tenang karena Nabila sudah kembali tersenyumÂ
"Allah memberi makanan lewat para dermawan di seluruh dunia, Nak."
Nabila menatap wajahku. Sepertinya dia tak memahami ucapanku.
"Sekarang, di seluruh dunia, termasuk di negara kita, orang-orang mulai menyisihkan rezekinya untuk membantu perjuangan rakyat Palestina. Mereka mengumpulkan uang untuk kemudian dibelikan barang-barang yang diperlukan oleh saudara-saudara kita yang ada di sana," ucapku.
Nabila manggut-manggut.
Aku menjadi gemas melihat tingkahnya. Setelah melihatnya lebih baik ku tinggalkan Nabila untuk melanjutkan acara masakku.
Aktivitas pun terus berjalan. Hingga keesokkan harinya, pukul 10 aku menjemput Nabila di sekolahnya.