Manusia dilahirkan tidak akan ada yang tahu mau menjadi apa dan dalam kondisi yang bagaimana. Ada yang sehat, ada pula yang cacat sejak bayi. Sabtu, (18/11)
Seperti yang dialami oleh Gading Ogi Saputra, pria asal Pekalongan, Jawa Tengah. Laki-laki yang kini berusia 19 tahun kelahiran dari 3 bersaudara anak ke 2 dari Ibu Susiati dan Bapak Suwono  itu adalah seorang pedagang disabilitas fisik. Ia mengalami perlambatan perkembangan fisik sehingga kedua kakinya tidak berfungsi normal. Serta ia juga mengalami kesulitan berbicara.
Namun bagi Gading, disabilitas fisik tidak menjadi penghalang untuk tetap bekerja. Ia berjualan keliling dengan menjual kopi, rokok, dan jajanan ringan di sekitar Kabupaten Pekalongan khususnya di wilayah Kajen.
Sudah lima tahun terakhir ini Gading berjualan keliling. Sebelum berangkat berjualan, ibunya selalu membantu menyiapkan dagangannya di boks motor listrik yang dikendarainya.
Dulunya Gading berjualan menggunakan sepeda ontel yang di telah modifikasi dan gerobak kecil yang bertuliskan 'Lapak.... Rokok... Gading... Bro...'. Saat berjualan keliling dengan sepeda ontelnya, Gading mengundang perhatian para warga. Ketika berjualan ia tidak pernah menggunakan sandal, karena mengalami kesulitan untuk memakainya.
Akan tetapi, sekarang Gading berjualan dengan mennggunakan sepeda motor listrik yang diberikan oleh Kementrian Sosial yang bernama Tri Rismaharini, sebelum mendapatkan bantuan tersebut Gading hanya menggunakan sepeda ontel yang sudah dimodifikasi.
Gading mengaku bahwa sekarang ia semakin percaya diri dan bersemangat untuk berjualan sejak memperoleh motor listrik roda tiga. Apalagi setelah bertemu dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini, Gading semakin dikenal oleh khalayak.
Postur kaki Gading ini memang tidak sempurna, ketika ia sedang beristirahat ia bergerak dengan cara menyeret tubuhnya. Serta setiap harinya ia selalu membawa botol minum dari rumahnya untuk melepas rasa dahaga.
Setiap hari, Gading menjual dagangannya dari pukul 08.30 WIB sampai jam 13.00 WIB serta dilanjut lagi dari pukul 16.00 WIB sampai 23.59 WIB. Gading biasanya ketika berjualan selalu meluangkan waktunya untuk mengikuti shalat berjama'ah di Masjid Agung samping Alun-Alun Kabupaten Pekalongan. Menurut gading berada di tempat manapun tidak menjadi halangan untuk beribadah. Malam hari menjadi waktu yang efisien bagi Gading untuk berjualan, karena banyak orang yang berkumpul di Alun-alun Kajen
Ketika ada orang yang membeli dagangannya, ia persilahkan orang tersebut untuk mengambil barangnya dan menaruh uangnya pada tempat yang sudah disediakan sendiri. Tak jarang ada orang yang mengambil dagangannya tetapi tidak membayar.
Gading mengaku bahwa setiap harinya omset dagangannya naik. Ketika menggunakan sepeda ontel, omset yang ia peroleh Rp 500 ribu per hari. Setelah memakai motor listrik, Gading bisa memperoleh omzet sebesar Rp 1 Juta per harinya.
Peningkatan pendapatan tersebut dikarenakan jumlah dan variasi barang dagangannya yang bertambah. Dengan motor listrik tersebut bisa menampung lebih banyak barang dagangannya, serta memperluas jangkauan, menghemat waktu dan energi.
Gading mengatakan, bahwa banyak warga yang ingin memberikan uang untuk dirinya, akan tetapi ia selalu menolak. Karena ia tidak mau dikasih uang tanpa membeli jualannya dan ia juga menolak uang kembalian yang diberikan pembeli secara percuma tanpa membeli barang dagangannya.
Meski Gading seorang pedagang disabilitas, Gading ternyata tidak mau ketinggalan zaman. Ia belajar mengenal media sosial Facebook dan instagram untuk berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal. Selain Facebook dan instagram ia juga memiliki WhatsApp apabila ada pelanggan yang ingin membeli rokok lewat online. Selain Gading menjual barang dagangannya, ia juga berjualan pulsa melalui sosial media.
Gading mempunyai cita-cita yang belum terwujud sampai sekarang ini yaitu ia ingin mempunyai sebuah toko sendiri. Lalu untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, ia setiap berjualan selalu menyisihkan uang hasil dagangannya untuk ditabung kemudian digunakan untuk membangun toko.
Gading memanglah seorang pedagang disabilitas tetapi ia tidak pernah malu dengan kondisinya. Ketika berjualan, Ia mempunyai niat untuk mengais rezeki dengan selalu bersemangat dan pantang menyerah apapun keadaannya ia jalani dengan senyuman dan rasa bersyukur.
Dari kisah Gading ini bisa menjadikan sebuah inspirasi bagi semua kalangan anak muda. Bahwa apapun yang terjadi dan keadaanya yang dimiliki tidak menjadi sebuah halangan dan rintangan untuk bekerja dan berusaha. Serta kekurangan bukanlah halangan untuk berbuat kebaikan dan berkarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H