Alhamdulillah ...
Tak disangka nih, aku bisa memenangkan sebuah tantangan dari komunitas Mamah Gajah Ngeblog (MGN). Padahal tema tantangan ini menurutku sulit dan membutuhkan kejujuran.
Aku sebagai seorang ibu, merasa memegang peran penting dalam keluarga dan masyarakat. Kita berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga, seperti merencanakan menu sehat hingga mendidik anak-anak dengan nilai-nilai yang baik. Ternyata, tidak hanya itu. Masih ada yang belum aku lakukan dengan baik yaitu mewariskan bumi yang lebih baik baik mereka. Utamanya terkait dengan pengelolaan sampah yang pastinya berdampak bagi bumi.
Tak ada kata terlambat. Jadi saat aku baru mulai di pertengahan tahun 2024 untuk lebih serius menjalankan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, patut disyukuri. Barakallah ...
Zero Waste Blog Challenge MGN
Tantangan menulis di blog ini digagas oleh admin MGN sebuah komunitas perempuan alumni ITB yang memiliki hobi ngeblog. Menurut teh Jade melalui tantangan ini, kita semua telah belajar bahwa langkah kecil yang kita ambil di dalam rumah bisa berdampak besar bagi bumi yang kita warisi pada anak cucu.
Setiap tulisan ternyata memberikan beragam POV tentang bagaimana kita bisa berperan aktif dalam mengurangi sampah dan menjalani hidup yang lebih berkelanjutan. Juri kali ini adalah teh Andina dan teh Uril, dengan juri tamu teh Hani. Alhamdulillah, aku menjadi juara ketiga. Juara pertama teh Andra menulis tantang akar budaya membakar sampah di Jakarta. Sedangkan teh Ilma  yang tinggal di Amerika Serikat menulis tentang zero waste bagian dari impian masa kecil memperoleh juara kedua. Nah ... Aku menulis tentang aku belum zero waste.
Pemenang lomba mendapatkan hadiah produk susteinable seperti kompos, sabun lerak, notes dari kertas daur ulang, dan kelas belajar zero waste, serta merchandise dari MGN. Aku sengaja mengambil kelas membuat kompos sebagai hadiah. Bersyukur bisa mengikuti kelas secara offline langsung bersama teh Jade di rumahnya yang rimbun dengan pepohonan.
Aku Belum Zero Waste
Sungguh aku tuh malu loh! Menulis tantangan tentang sesuatu yang aku belum sampai pada titik terbaik. Aku belum zero waste. Jika hanya sedikit kontribusiku pada alam, maka hutang dan PR sebagai penebus kesalahan pasti sangat banyak. Mengapa? Sedih ... Kadang sering mengganjal di hati, harus mulai dari mana? Bahkan pada satu titik, tidak tahu harus mulai dari mana?
Setelah melalui perenungan dan membongkar file lama di Kompasiana dan blog pribadiku, aku menemukan sebuah artikel yang ditulis pada tahun 2011. Wahhh ... Supraise! Artikelku itu berjudul 'Masalah Lingkungan Masalah Kita Bersama'.
Akhirnya aku tulis tiga poin penting yang setidaknya sudah mulai dilakukan.
Pertama : barang layak donasi.
Kedua : gerakan 'no make up'.
Ketiga : sampah rumah tangga.
Sekali lagi hutangku pada alam sungguh banyak. Teringat saat mengkonsumsi pakaian, sepatu, atau barang lainnya seperti buku, mainan, dan alat elektronik tentu saja begitu banyak sumber daya alam yang dibutuhkan. Kita pastilah sudah mengetahui selintas bahwa proses produksi yang panjang harus dilalui oleh suatu barang. Sudah pasti juga akan ada dampak kepada alam.
Setiap rapi-rapi rumah sering aku menemukan harta karun. Iya! Ada saja barang yang ternyata tak lagi aku pakai. Nah ... Mau diapakan nih? Satu ide muncul, aku kumpulkan dan donasikan. Beruntung waktu masih ada yang membantu pekerjaan rumah, aku bisa berikan barang layak tersebut untuknya. Namun, sekarang agak sulit. Kadang ada dibuka open donasi untuk membantu korban bencana.
Aku masih punya PR soal sampah elektronik. Adakah K-Ners yang punya ide?
Seingatku sejak tahun 2010 sudah tidak lagi membeli dan menggunakan kosmetik. Aku tidak punya face primer, foundation, concealer, loose powder, blemish blam, blush on, eyeshadow, eyebrow, eyeliner, maskara, dan lipstik, atau apa pun printilan untuk memoles wajah. Saat itu usiaku 40 tahun. Semacam gerakan no make up gitu deh!
Senang juga hati ini, ternyata no make up movement juga dilakukan oleh Cindy Crawford yang memposting selfie tanpa riasan pada ulangtahunnya yang ke-50. Salma Hayek dan Kylie Jenner juga memamerkan wajah alami. Â
Semoga dengan menulis hal sederhana ini, aku semakin semangat untuk penanganan sampah rumah tangga dengan prinsip 3AH. Cegah, Pilah, dan Olah. Sehingga bisa menuju zero waste sebagai sebuah praktek hidup yang berkesadaran dan bijak dalam mengkonsumsi.
Belajar Membuat Kompos
Hadiah paling berharga menurutku adalah saat diajari membuat kompos. Aku sangat antusias karena sampah organik di rumah yang sudah aku pilah, kalau dibuang ke tempat sampah perumahan akan digabung lagi oleh petugas kebersihan saat pengakutan ke TPA.Â
Aku belum berkenalan dengan cara membuat kompos.Â
Sekarang aku jadi tahu membuat ember komposter secara sederhana. Ember bekas cat dilubangi dan ditaruh di halaman rumah yang masih berupa tanah. Sampah organik hijau sejumlah 1 bagian dan sampah organik coklat 3 bagian, selang-seling ditimbun. Isi ember sampai penuh dan jangan lupa dibolak-balik setiap satu atau dua pekan.Â
Ada kalimat penyemangat dari teh Jade, "Tak ada kompos yang gagal." Oke deh! Aku jadi tambah semangat memilah dan mengolah sampah organik. Apalagi di halaman rumah ada pohon mangga, tanjung, kelor, dan kamboja yang daun keringnya ternyata adalah bagian utama dari proses membuat kompos. Wuihhh ... Bagaikan punya harta karun, tapi tak pernah digunakan sebelumnya. Dulu daun kering itu aku buang ke tempat sampah. Sekarang tentu tidak lagi.
Aku juga jadi tahu cara membuat sabun lerak dan bio enzime dari kulit buah. Baru pekan ini aku mencoba membuat bio enzime, semoga berhasil. Semangat untuk mengkonsumsi lebih banyak bahan pangan alami dari pada olahan agar tak banyak sampah plastik dalam kehidupan kita.
Ada artikelku tentang pohon kelor di sini: 'Daun Kelor Kaya Manfaat'. Selain itu aku jadi ada ide juga menanam ubi jalar, tapi yang dikonsumsi adalah daunnya. Nah, hadiah lain yang aku bawa pulang adalah bibit pohon pepaya Jepang. Aku berjanji akan barter dengan bibit pohon kelor, insyaallah ...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H