Pada tahun 769, karena jemu dengan Baghdad dan suasananya, Harun memutuskan untuk memindahkan istanya ke Rakkah di
Syria, di mana telah ada komplek istana yang mulai tumbuh sejak masa kakeknya yang bernama Manshur. Sebelumnya Rakkah sudah dijadikan tempat peristirahatan musim panas oleh Harun. Dia membangun sebuah istana baru untuk dirinya yang disebut Qashrus Salam atau Kastil Kedamaian di tepi Sungai Eufrat. Harun membuat sebuah arena balapan dan lapangan polo serta taman-taman permainan dan sebuah lapangan panahan. Tak lupa dibangun juga taman-taman di kedua tepi sungai.Â
Istana dirancang dan didekorasi dengan gaya Persia, bukan gaya Byzantium-Syria, dengan kubah bulat telur atau elips, lengkungan setengah lingkaran, menara spiral, kubu berlekuk, keramik dinding berlapis kaca dan atap berlapis logam, yang semuanya menjadi ciri seni Abbasiyah.Â
Tak lama setelah naik takhta, Harun meminta kepala rumah tangga istana untuk mendatangkan seoerang zuhud yang terkenal bernama Ibnu as-Sammak. Apa yang dinyatakan oleh Sammak sangat berbekas di dalam hati Harun. "Saya ingin Anda selalu ingat bahwa kelak Anda akan berdiri sendirian di hadapan Tuhan. Dan Anda tidak akan didampingi oleh orang ini untuk membela Anda pada hari itu." Sambil menatap tajam dan mengabaikan perkataan dari kepala rumah tangga istana.
Satu percakapan legendaris terjadi lagi ketika Harun diminta untuk meminum air oleh Sammak. Saat ditanya akan ditukar dengan apa air ini jika Harun dalam keadaan dahaga dan hanya ada segelas air itu saja. "Seluruh kerajaanku." Sebuah kerajaan yang bernilai tak lebih dari seteguk air, tidak layak diperebutkan," kata Sammak.
Begitulah dunia ini ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI