Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Book

Kisah Raja Diraja Dalam Buku Legenda Sang Khalifah

14 Oktober 2024   16:59 Diperbarui: 14 Oktober 2024   16:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Raja Diraja, jejak sang khalifah, dan gambaran istana dengan arsitektur yang megah ada dalam buku ini. Sumber dokpri.

Hari menjelang siang. Matahari sinarnya semakin terang dan memberi rasa hangat mendekati terik. Aku masih duduk di kursi jati berpenjalin rotan. Ruangan berlangit-langit tinggi sekitar 4,5 meter dengan jendela besar yang mengalirkan udara hingga aku tak begitu merasa gerah. 

Buku setebal 400 halaman ini sungguh membuatku betah berlama-lama menelisik setiap kata dan kalimat serta paragraf dan bab demi bab yang sungguh menarik. Bab tiga dengan judul Raja Diraja membuatku merasakan terbawa pada sosok Khalifah Harun Ar-Rasyid yang lahir pada tanggal 17 Maret 763. Waaahhh ... Ayahku lahir pada tanggal yang sama 1177 tahun kemudian, kala Indonesia masih dalam penjajahan Jepang.

Harun Ar-Rasyid adalah khalifah Abbasiyah kelima yang dinobatkan duduk di takhta pada usia dua puluh tiga tahun. K-Ners ketika berusia 23 tahun sudah jadi apa? He3 ... Aku saat usia itu baru saja lulus kuliah dari ITB. 

Yuk! Lanjut ya ... Harun Ar-Rasyid berangkat dari pinggiran kota Isabadh dan secara resmi memasuki ibu kota kerajaan Baghdad. Tepi sungai Tigris dipadati oleh kerumunan orang. Ibunda Khaizuran, sambil mengamati berdiri di atas kubu Istana Kubah Hijau. Iringan kerajaan berjalan perlahan. Harun menunggang kuda perang putih dengan baju zirah lengkap, dengan tubuh tegap dan gagah sambil menyandang pedang 'Dzul Faqar' yang masyhur. 

Siangnya Harun mengimami shalat di Masjid Agung kota dan kemudian duduk di hadapan publik di halaman. Pada hari berikutnya, dalam resepsi dan sidang resmi istana, khalifah yang baru menunjuk Yahya al-Barmak menjadi wazirnya. Di Baghdad dia menempatkan dirinya di istana al-Khuld, yang dibangun ayahnya di tepi Tigris dan seperti Kota Bundar, dibuat dari lumpur dan bata bakar. Sebagai alumni Arsitektur ITB yang pernah mendapat satu mata kuliah Arsitektur Islam, sungguh aku terpesona dengan penggambaran tentang Kota Baghdad dan istana al-Khuld.

Temboknya yang berkubu serta menara-menaranya yang besar dan dilengkapi pagar pertahanan, memberinya ciri khas sebuah benteng yang perkasa. Kawasan istana juga meliputi sejumlah taman dengan kolam dan air terjun, jembatan-jembatan kecil dari kayu langka yang berasal dari berbagai kawasan yang jauh. Ada paviliun, pohon-pohon yew dan cypress terbayang di air yang tenang, susunan bebungaan yang ditata dan diatur dengan saksama.

Ternyata untuk menjadi raja tidaklah mudah. Harun Ar-Rasyid sejak kecil telah dibimbing oleh para guru yang ahli di bidangnya. Dia menjalani pelatihan khas bagi seorang pangeran mahkota. Dia mempelajari sejarah, geografi, dan retorika (kefasihan), musik dan syair, serta ekonomi dalam bentuk pelajaran keuangan.

Pelajaran keagamaan mewarnai semua mata pelajaran, di bawah pengawasan Ali bin Hamzah al-Kisa'i, seorang teolog terkemuka, energi terbesar Harun digunakan untuk menguasai Hadits atau Sunnah Nabi dan teks Al-Qur'an. Latihan fisik calon tentara juga ditekankan dan memadukan latihan militer seperti permainan pedang, panahan, dan pertempuran berkuda dengan pelajaran seni perang.

Waaahhh ... Betapa berat ya pelajaran dan pelatihan yang dijalankan oleh calon pemimpin. Tidak main-main loh! Bukan sekadar menjadi anak raja lalu menjadi raja. Dalam catatan sejarah, Harun telah melaksanakan ibadah haji sebanyak delapan kali, dimulai pada tahun setelah dia naik takhta. Perjalanan haji terakhirnya dilakukan dengan berjalan kaki dari Rakkah di Syria ke Mekkah.

Saat perjalanan haji, dia juga memberikan harta dalam jumlah yang sangat besar kepada penduduk Mekkah dan Madinah, dua kota paling suci dalam Islam, serta kepada para jemaah haji yang miskin. Pemerintahannya juga membangkitkan kembali arti penting tempat-tempat suci. Ibunda Khaizuran sebgai ibu suri juga melakukan hal yang sama. Dalam berkali-kali kesempatan, dia memerintahkan pembangunan sebuah tempat bernaung, pancuran air, atau sebuah masjid di sepanjang rute perjalanan haji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun