Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku John Man, Shalahuddin Al-Ayyubi Sang Pahlawan Legendaris

10 Juni 2024   11:35 Diperbarui: 10 Juni 2024   11:35 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku berjudul John Man, Shalahuddin Al-Ayyubi yang ada menjadi koleksi perpustakaan keluarga di Solo. Sumber gambar dokumen pribadi.

Pagi yang sejuk di rumah Eyang Solo. Ruang keluarga yang luas dengan atap tinggi dan bukaan jendela lebar menambah nyaman suasana. Ada lemari kayu jati di sudut ruangan yang diisi koleksi buku. Selepas sarapan, aku mengambil salah satu koleksi buku berjudul 'John Man, Shalahuddin Al-Ayyubi' dengan sampul berwarna hitam dan gambar keemasan.

Buku setebal 375 halaman ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2015 dengan judul 'Saladin, The Life, the Legend and the Islamic Empire'. Sedangkan buku yang aku baca ini dicetak pada tahun 2021 dan diterbitkan oleh PT. Pustaka Alvabet, Jakarta. John Man dikenal dalam keahliannya tentang biografi Jenghis Khan, Namun, rupanya, ia tak kalah hebat ketika mengisahkan Saladin. Salut!

Tanyakan kepada siapa saja di Mediterania Timur, siapa pahlawan terhebat mereka dan jawaban yang hampir pasti akan kita dapatkan adalah Shalahuddin. Begitu juga jika kita bertanya di seluruh Eropa dan Amerika, siapa pahlawan Arab? Jawabannya setelah berpikir sejenak, mungkin akan sama. Shalahuddin.

Perbedaan mendasar antara dulu dan sekarang adalah soal kepemimpinan. Shalahuddin sosok yang genius, mampu memfokuskan energi Islam pada tugas persatuan dan jihad. Dialah sosok terbaik yang dapat diharapkan umat, dan suri tauladan bagi setiap pemimpin yang bekerja untuk hari esok yang lebih baik.

Akhir pekan yang diisi dengan kegiatan membaca buku. Sumber gambar dokumen pribadi.
Akhir pekan yang diisi dengan kegiatan membaca buku. Sumber gambar dokumen pribadi.

Daftar isi buku terdiri dari 17 bab, yaitu Dunia dalam Konflik, Seorang Remaja di Damaskus, Menuju Mesir, Membangun Basis Kekuatan, Kembali ke Suriah, dan Jalan Buntu, Kemunculan Sang Penjahat, Kekalahan dan Kemenangan: Arus Berbalik Arah, Penyerbuan Reynald. Selanjutnya adalah bab berjudul, Menuju Pertempuran yang Menentukan, Tanduk Hattin, Merebut Kembali Kota Suci, Perang Salib Ketiga: Badai yang Berkumpul, Acre, Akhir Perang Salib Ketiga, Kematian dan Kehidupan Abadi, Riwayat Singkat Kepemimpinan, dan Warisan: Citra yang Berkilau, Kenyataan yang Suram.

Daftar isi buku. Sumber gambar dokumen pribadi.
Daftar isi buku. Sumber gambar dokumen pribadi.

Aku duduk manis di kursi rotan dengan rangka kayu jati dan asyik membaca lembar demi lembar buku yang menurutku penting bagi siapa saja yang tertarik dengan Perang Salib atau sejarah abad pertengahan. Kadang buku yang berfokus pada perang tidak hanya menjelaskan peristiwa masa lalu, tetapi juga terbukti memiliki relevansi yang signifikan pada peristiwa masa sekarang.

Ada satu hal menarik yang aku catat, jika karisma itu ajaib, atau hasil dari ilham ilahiah, ia tidak menjelaskan apa-apa. Apa yang kita cari adalah pemahaman: "Bagaimana dia menjadi karismatik?" Betul tidak?

Salah satu kuncinya hampir pasti dapat ditemukan di masa kecil Shalahuddin, yang tentangnya kita tidak tahu apa-apa. Shalahuddin muda tampaknya memiliki keseimbangan yang sangat penting antara rasa aman dan rasa tak aman. Rasa aman yang dekat berupa keluarga dan agamanya, rasa tak aman yang lebih luas berupa konflik agama. Ayahnya, Ayyub, digambarkan sebagai sosok yang baik, tulus, dan dermawan. Shalahuddin pastinya tumbuh sebagai sosok yang ulet, dalam psikologi digambarkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Kemampuan memecahkan masalah.
  • Kompetensi sosial.
  • Kesadaran akan tujuan.
  • Kemampuan untuk tetap berjarak dari perselisihan keluarga.
  • Kemampuan untuk menjaga diri sendiri.
  • Harga diri yang tinggi.
  • Kemampuan untuk membentuk hubungan pribadi yang erat.
  • Cara pandang yang positif.
  • Pengasuhan terfokus -yakni kehidupan rumah tangga yang mendukung.
  • Rumah tangga yang terstruktur dengan baik.
  • Ekspektasi yang tinggi tetapi dapat dicapai dari orang tua.

Gambar dalam buku ini adalah Benteng Kairo yang dibangun Shalahuddin pada tahun 1176-1183. Sumber gambar dokumen pribadi.
Gambar dalam buku ini adalah Benteng Kairo yang dibangun Shalahuddin pada tahun 1176-1183. Sumber gambar dokumen pribadi.

Unsur utama lain yang muncul dari karakter Shalahuddin adalah dalam kepemimpinannya yang siap untuk menanggung kesulitan. Sifat kepemimpinan revolusioner menuntut hal tersebut. James MacGregor Burns mengatakan, "Pemimpin harus benar-benar mengabdi pada tujuannya dan mampu menunjukkan komitmen tersebut dengan meluangkan waktu dan usaha untuk itu, mempertaruhkan nyawa mereka, menjalani hukuman penjara, pengasingan, penganiayaan, dan kesulitan tanpa henti. Shalahuddin melakukan ekspedisi, bertempur, mempertaruhkan nyawa dan nyaris meninggal dunia karena penyakit.

Ada pertanyaan menarik yang perlu kita perdalam lagi jawabannya. Mengapa orang Muslim melupakan Shalahuddin selama 500 tahun? Mengapa mereka membangkitnnya? Dan mengapa orang-orang Eropa Kristen, tidak pernah goyah dalam kekaguman mereka?

Ternyata, kebajikan Shalahuddin itulah -kemurahan hatinya, keluhuran budinya -yang memikat imajinasi Eropa melebihi keterampilan tempurnya. Di Italia, legenda kebajikan Shalahuddin mengakar, sebagian berdasarkan pada laporan tentang kematiannya yang menyatakan dia meninggal dunia tanpa sepeser pun atas namanya sendiri dan tidak meninggalkan apa-apa selain kain kafannya. 

Sedangkan di Perancis, kisah Shalahuddin sebagai ksatria menjadi motif yang populer. Dia dengan murah hati membebaskan tawanan miskin, Raja Guv, tanpa tebusan uang. Keyakinan terhadap kebajikan Shalahuddin ini terus bertahan, semakin merata di antara kedua dunia, Islam dan kumpulan bangsa-bangsa yang dulu hanya disebut Eropa.

Shalahuddin sebagai ikon di uang kertas Suriah pada  tahun 1991. Sumber gambar dokumen pribadi.
Shalahuddin sebagai ikon di uang kertas Suriah pada  tahun 1991. Sumber gambar dokumen pribadi.

Buku ini menurutku sangat menarik dan memang harus dibaca dengan tekun he3 ... Ada banyak informasi sejarah yang mungkin tidak pernah kita dapatkan sebelumnya. 

Makan Shalahuddin di Masjid Umayah Damaskus. Material yang digunaka adalah marmer hadiah dari Raja Kaiser Wilhelm II. MEskipun dibayangi oleh dinasti Muslim yang tumbuh setelah masanya, Shalahuddin kembali muncul pada akhir abad ke-19 sebagai pahlawan nasionalis. Di bawah pemerintahan Turkim makamnya dipugar pada tahun 1950.

Banyak potret wajah Shalahuddin yang dibuat, tetapi sebenarnya tidak ada satu pun yang otentik. Orang-orang sezamannya tercatat dengan luar biasa, tetapi dia tidak. Dia berjenggot: itu kita tahu semua. Kharismanya tidak terletak pada penampilannya, tetapi dalam perilakunya, kemurahan hati, kesopanan, penghormatan pada agamanya, dan dedikasinya untuk berjihad. 

Kali ini kita telah menemukan satu sosok pemimpin yang memang layak diteladani 'Sang Pahlawan Legendaris Shalahuddin Al-Ayyubi'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun