Pagi yang sejuk di rumah Eyang Solo. Ruang keluarga yang luas dengan atap tinggi dan bukaan jendela lebar menambah nyaman suasana. Ada lemari kayu jati di sudut ruangan yang diisi koleksi buku. Selepas sarapan, aku mengambil salah satu koleksi buku berjudul 'John Man, Shalahuddin Al-Ayyubi' dengan sampul berwarna hitam dan gambar keemasan.
Buku setebal 375 halaman ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2015 dengan judul 'Saladin, The Life, the Legend and the Islamic Empire'. Sedangkan buku yang aku baca ini dicetak pada tahun 2021 dan diterbitkan oleh PT. Pustaka Alvabet, Jakarta. John Man dikenal dalam keahliannya tentang biografi Jenghis Khan, Namun, rupanya, ia tak kalah hebat ketika mengisahkan Saladin. Salut!
Tanyakan kepada siapa saja di Mediterania Timur, siapa pahlawan terhebat mereka dan jawaban yang hampir pasti akan kita dapatkan adalah Shalahuddin. Begitu juga jika kita bertanya di seluruh Eropa dan Amerika, siapa pahlawan Arab? Jawabannya setelah berpikir sejenak, mungkin akan sama. Shalahuddin.
Perbedaan mendasar antara dulu dan sekarang adalah soal kepemimpinan. Shalahuddin sosok yang genius, mampu memfokuskan energi Islam pada tugas persatuan dan jihad. Dialah sosok terbaik yang dapat diharapkan umat, dan suri tauladan bagi setiap pemimpin yang bekerja untuk hari esok yang lebih baik.
Daftar isi buku terdiri dari 17 bab, yaitu Dunia dalam Konflik, Seorang Remaja di Damaskus, Menuju Mesir, Membangun Basis Kekuatan, Kembali ke Suriah, dan Jalan Buntu, Kemunculan Sang Penjahat, Kekalahan dan Kemenangan: Arus Berbalik Arah, Penyerbuan Reynald. Selanjutnya adalah bab berjudul, Menuju Pertempuran yang Menentukan, Tanduk Hattin, Merebut Kembali Kota Suci, Perang Salib Ketiga: Badai yang Berkumpul, Acre, Akhir Perang Salib Ketiga, Kematian dan Kehidupan Abadi, Riwayat Singkat Kepemimpinan, dan Warisan: Citra yang Berkilau, Kenyataan yang Suram.
Aku duduk manis di kursi rotan dengan rangka kayu jati dan asyik membaca lembar demi lembar buku yang menurutku penting bagi siapa saja yang tertarik dengan Perang Salib atau sejarah abad pertengahan. Kadang buku yang berfokus pada perang tidak hanya menjelaskan peristiwa masa lalu, tetapi juga terbukti memiliki relevansi yang signifikan pada peristiwa masa sekarang.
Ada satu hal menarik yang aku catat, jika karisma itu ajaib, atau hasil dari ilham ilahiah, ia tidak menjelaskan apa-apa. Apa yang kita cari adalah pemahaman: "Bagaimana dia menjadi karismatik?" Betul tidak?
Salah satu kuncinya hampir pasti dapat ditemukan di masa kecil Shalahuddin, yang tentangnya kita tidak tahu apa-apa. Shalahuddin muda tampaknya memiliki keseimbangan yang sangat penting antara rasa aman dan rasa tak aman. Rasa aman yang dekat berupa keluarga dan agamanya, rasa tak aman yang lebih luas berupa konflik agama. Ayahnya, Ayyub, digambarkan sebagai sosok yang baik, tulus, dan dermawan. Shalahuddin pastinya tumbuh sebagai sosok yang ulet, dalam psikologi digambarkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Kemampuan memecahkan masalah.
- Kompetensi sosial.
- Kesadaran akan tujuan.
- Kemampuan untuk tetap berjarak dari perselisihan keluarga.
- Kemampuan untuk menjaga diri sendiri.
- Harga diri yang tinggi.
- Kemampuan untuk membentuk hubungan pribadi yang erat.
- Cara pandang yang positif.
- Pengasuhan terfokus -yakni kehidupan rumah tangga yang mendukung.
- Rumah tangga yang terstruktur dengan baik.
- Ekspektasi yang tinggi tetapi dapat dicapai dari orang tua.