Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Problematika Motivasi Kerja dan Agilitas dalam Era Digital

3 Juni 2024   11:27 Diperbarui: 4 Juni 2024   09:41 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja di bidang media, majalah NooR sedang mewawancarai aku sebagai finalis Tribute to Mom. Sumber gambar dokumen pribadi.

Hari Senin pagi yang penuh semangat. Kicau burung di pucuk pohon tanjung terdengar riang. Matahari bersinar dan memberikan rasa hangat di hati. Hari ini akan penuh dengan kebaikan, aamiin ... Yuk! Semangat.

Mengapa motivasi itu penting dalam kehidupan kita? Terutama di dalam dunia bisnis dan kewirausahaan. Sebagai pengusaha baik pemula maupun yang sudah kawakan, akan berhadapan dengan masalah atau problematika motivasi kerja dari para karyawan di tempat kerja.

Lebih kurang 72% populasi di Indonesia mulai tahun ini diisi oleh usia muda, yang kita kenal dengan sebutan era bonus demografi, yakni kaum muda dengan idealisme yang bergerak lebih cepat dengan cara yang berbeda-beda.

Tak mungkin kita terjebak di masa lalu dengan mempertahankan cara-cara lama. Belum lagi membawa cara berpikir lama yang selalu merujuk pada kesuksesan di masa lalu. Padahal, saat ini dan ke depannya, semangat eksperimental menjadi salah satu variabel penting inovasi, bekal menang di masa depan. Eksperimental adalahs alah satu hal penting untuk menempa kemampuan agilitas kita.

Agilitas merujuk pada pola pikir (mindset) dan semangat atau motivasi. 

Agile adalah pola pikir, sekumpulan sikap yang mendukung lingkungan kerja yang gesit. Ini termasuk rasa hormat, kolaborasi, peningkatan dan siklus pembelajaran, kebanggaan dalam kepemilikan, fokus pada penyampaian nilai, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.

Era Digital adalah Era Berjejaring

Mendadak serba daring, hingga lupa membangun esensi dasarnya. Sebuah hal yang tak baik bagi keberlanjutan. Bertemu para sesepuh media beberapa waktu lalu, juga dengan beberapa kawan pendidik yang banyak bercerita bahwa model bisnisnya baru saja meng-online-kan aktivitasnya, tidak secara fundamental mengalihkannya secara daring.

Ya ... Benar sekali, hal tersebut dirasakan juga oleh aku dan para mahasiswa di kampus. Mendadak kuliah online menggunakan Zoom dan G-Meet. Konsultasi melalui chat di WhatsApp. Webinar online dengan narasumber dari berbagai kota dan bahkan luar negeri. Antara percaya dan tidak percaya ... Nyatanya hal tersebut telah dilakukan pada saat mulai pandemi Covid-19.

Cara kerja memang sudah berubah total, sebagian besar individunya sudah kadung menikmati perubahan ini. Namun, belum banyak juga individu atau usaha dan atau institusinya yang siap, terlebih jika ada generation gap di sana.

Transformasi digital memang bukan sekadar peralatan baru dengan penggunaan teknologi digital semata. Ada tantangan berat dalam proses transformasinya, budaya! Benar sekali. Ada 60% institusi memandang budaya organisasinya menghambat proses ini. Hasil penelitian tahun 2020 ini berlangsung di negara maju loh! Coba bayangkan bagaimana di negara Indonesia tercinta?

Perubahan era memang tak bisa dielakkan, tetapi perubahan yang konsisten juga penting. Menolak berubah akan membuahkan ketertinggalan di masa yang akan datang.

Apa Itu Motivasi?

Setiap orang dalam melakukan suatu tindakan tertentu pasti didorong oleh adanya motif tertentu. Motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tujuan yang ingin dicapai, atau karena adanya harapan yang diinginkan.

Mau tidak mau, suka tidak suka ... Kita sekarang berada di era digital. Ada banyak perubahan yang terjadi dan itu harus dijalani dengan sebaik-baiknya termasuk di dalam dunia bisnis dan kewirausahaan.

Artikel terkait ada di sini: Entrepreneurship Introduction

Motivasi kerja merupakan kombinasi kekuatan psikologi yang kompleks dalam diri masing-masing orang. Tidak bisa disamakan antara satu orang dengan orang yang lain. Unik dan spesifik. Setiap individu mempunyai motivasi sendiri yang mungkin berbeda-beda.

Buku berjudul The Entrepreneur Virus menjadi salah satu sumber motivasi  kerja di era digital. Sumber gambar dokumen pribadi.
Buku berjudul The Entrepreneur Virus menjadi salah satu sumber motivasi  kerja di era digital. Sumber gambar dokumen pribadi.

Sedangkan dari sisi pemberi kerja, ada hal menarik yang ingin diketahui terkait elemen motivasi, yaitu:

  • Arah dan fokus dari perilaku pekerja yang dapat bersifat positif atau fungsional maupun bersifat negatif atau disfungsional. Sebagai faktor positif/fungsional adalah: kepercayaan, kreativitas, suka menolong, ketepatan waktu. Faktor negatif/disfungsional adalah: kelambanan, kemangkiran, suka menyendiri, dan kinerja rendah.
  • Tingkat usaha yang diberikan, apakah pekerja memberikan komitmen penuh untuk mencapai keunggulan atau hanya melakukan pekerjaan sekedarnya saja.
  • Ketekunan dalam berperilaku, apakah pekerja selalu mengulang dan menjaga tingkat usahanya atau cepat menyerah dan hanya melakukan secara periodik.

Mari kita pelajari lebih mendalam tentang indikator motivasi yang terdiri dari:

  • Engagement yang dimaksud adalah janji pekerja untuk menunjukkan tingkat antusiasme, inisiatif, dan usaha untuk meneruskan.
  • Commitment adalah suatu tingkatan di mana pekerja mengikat dengan organisasi dan menunjukkan tindakan organizational citizenship.
  • Satisfaction atau kepuasan yang merupakan refleksi pemenuhan kontrak psikologi dan memenuhi harapan di tempat kerja.
  • Turnover adalah kehilangan pekerja yang dihargai.

McShane dan Von Glinow memberikan definisi motivasi sebagai kekuatan dalam diri orang yang memengaruhi arah (direction), intensitas (intensity), dan ketekunan (persistence) perilaku sukarela. Dinyatakan pula oleh Kreitner dan Kinicki bahwa motivasi merupakan proses psikologi yang membangkitkan (arousal), mengarahkan (direction), dan ketekunan (persistence) dalam melakukan tindakan secara sukarela yang diarahkan pada pencapaian tujuan.

Setelah mengetahui apa itu indikator motivasi, sekarang kita akan membahas terkait pendorong motivasi. Seseorang cenderung mengembangkan dorongan motivasional yang menunjukkan keinginan kuat untuk mencapai sesuatu, sebagai produk lingkungan budaya di mana mereka berada. Dorongan ini akan tampak dari bagaimana seseorang itu melihat pekerjaannya.

Pendorong motivasi dapat terdiri dari:

  • Achievement motivation; motivasi berprestasi untuk mengejar dan mencapai tujuan menantang. Karakteristik pekerja yang berorientasi pada prestasi adalah bekerja lebih keras apabila mereka merasa akan menerima penghargaan pribadi atas usahanya.
  • Affiliation motivation; dorongan untuk berhubungan dengan orang atas dasar sosial, bekerja dengan orang yang cocok dan berpengalaman dengan perasaan sebagai komunitas. Mereka akan bekerja lebih baik apabila dilengkapi dengan sikap dan kerjasama yang menyenangkan.
  • Power motivation; mereka yang termotivasi atas dasar kekuasaan mengharapkan menciptakan dampak pada organisasi dan bersedia mengambil resiko dengan melakukannya. Pekerja ini akan menjadi manajer cerdas apabila dorongannya ditujukan pada kekuasaan institusional daripada personal.

Teori lain yang dapat kita pelajari adalah dorongan dari pembawaan untuk memperoleh (drive to acquire), mengikat (drive to bond), belajar (drive to learn), dan mempertahankan (drive to defend) yang berkaitan dengan baik emosi maupun rasionalitas. 

Ketika menjadi seorang pemimpin atau leader ada tiga faktor pendorong utama motivasi yang dapat diterapkan yaitu:

  • Energize adalah apa yang dilakukan pemimpin ketika mereka menetapkan contoh yang benar, mengkomunikasikan dengan jelas dan menantang dengan cara yang tepat.
  • Encourage adalah apa yang dilakukan pemimpin untuk mendukung proses motivasi melalui pemberdayaan, coaching dan penghargaan.
  • Exhorting adalah bagaimana pemimpin menciptakan pengalaman berdasarkan pengorbanan dan inspirasi yang menyiapkan landasan di mana motivasi berkembang.

Aku telah menuliskan tentang pentingnya belajar digital marketing di era 4.0 pada artikel berikut: Digital Marketing Era 4.0

Pada tataran yang lebih operasional dapat melakukan pendekatan untuk memotivasi seseorang dengan mengatur job design, employee involvement, dan menggunakan reward.

Tantangan dalam memotivasi seseorang sangat tinggi. Kita sebagai manajer perlu memahami bahwa motivasi tidak sama dengan kinerja. Perbedaan individual merupakan salah satu penyebab rendahnya motivasi harus dipertimbangkan. Motivasi adalah goal-directed, maka proses dan penetapan tujuan harus dilakukan melalui prosedur yang tepat. 

Umpan balik memberikan informasi dan arah yang diperlukan untuk menjaga pekerja fokus pada tugas, aktivitas, dan tujuan yang relevan. Manajer harus mengusahakan umpan balik yang spesifik, tepat waktu, dan akurat kepada pekerja. Tidak boleh dilupakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi motivasi dan perilaku pekerja secara signifikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun