Kini aku ingin menceritakan kisahku bersama Ibunda Sirriyah yang sangat aku sayangi. Pada tahun ini aku telah memasuki usia pernikahan 29 tahun. Bukan waktu sebentar menjalani biduk rumah tangga bersama suami tercinta.Â
Bersyukur dipilihkan Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi Karunia, seorang yang menjadi pendamping hidup dan berproses bersama menjalani kehidupan di dunia dan berdoa selalu hingga kelak di surga-Nya, aamiin ...
Hhhmmm ... Duapuluh sembilan tahun bersama. "Yaaa ... yaaa ... gimana rasanya yaaa?" Kehidupan itu kan pastilah penuh warna dan sejatinya kita yang bisa mewarnainya dan kemudian menikmatinya.
Bila kita yakin bahwa pemilik warna adalah Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana, maka warna apa pun hasil dari kolaborasi berdua itulah keindahan. Itulah kebahagiaan. Itulah hakikat serta hikmah dari setiap episode.
Ada yang bertanya, "Teh Dewi berarti gak punya masalah dong?" He3 ... Gak gitu juga sih. Hidup itu ujian. Aku saja seoran dosen setiap selesai kuliah atau sebelum kuliah sering buat soal loh buat mahasiswa. Belum lagi kampus sudah buat peraturan setiap satu semester harus ada dua ujian yaitu UTS dan UAS. Nanti ada lagi ujian hasil magang, ujian proposal tugas akhir, dan ujian sidang tugas akhir. Kadang harus revisi berulang kali karena hasilnya belum memadai.
Nah ... Masa sih kita hidup gak ada ujiannya?
Hidup itu ujian dan permasalahan adalah kunci dari perjuangan mendapatkan solusi. Bila kita fokus kepada menemukan solusi maka semangatlah! Perjalanan hidup ini adalah mencari solusi kemana dan kepada siapa? Ingatlah selalu bahwa Allah tempat berlindung dan bermohon, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong. Insyaallah ... Hati akan lapang dan pikiran tenang.
"Bagi resepnya dong Teh Dewi ... Bisa awet sampai sekarang?" Aku ini malah ingin berterima kasih kepada Ibunda Sirriyah. Beliau ibu dari suamiku, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang menjadi panutanku.Â
Artikel terkait ada di sini: Mamah Tuti dan Ibunda Sirriyah Teladanku
Nasehat beliau adalah bahwa tak ada pasangan sempurna, tak ada pangeran idola atau putri idaman, pernikahan itu ada ijab qabul. Ingat-ingat lagi, ketika wali mengucapkan, "Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ... dst." Kemudian dijawab, "Saya terima nikah dan kawinnya ... dst." Dengan itu diterima segala apa yang ada dalam diri pasangan. Terima saja dulu! Kontan ... Setelah diterima tentulah ada yang masih belum pas, ya kalau mau jadi pasangan itu bersama saling ... Harus saling.