Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mertua Kesayangan Menantu, Belajar dari Film "Rumah Masa Depan" dan Ibunda Sirriyah

15 Mei 2024   10:42 Diperbarui: 15 Mei 2024   11:45 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar menjadi menantu dan mertua kesayangan. Pernikahan adalah kolaborasi dua insan dan dua keluarga besar. Sumber gambar dokumen pribadi.

Kemarin aku menonton sebuah film berjudul 'Rumah Masa Depan' di Netflix setelah menyelesaikan pembuatan soal UTS untuk mahasiswa di UCIC Cirebon. Aku mengampu tiga mata kuliah, yaitu Perilaku Organisasi, Komunikasi Bisnis dan Negosiasi serta Manajemen Tata Letak dan Planogram. 

Soal yang aku buat tidak sulit ... He3 ... Namun, mahasiswa kadang bilang, "Jawabannya sulit gak Bu?" Ya ... Tidak sulit jika mahasiswa mau tekun mengikuti setiap sesi perkuliahan dan mengerjakan dengan baik tugas yang aku berikan. Terutama tugas praktikum. Penting sekali itu untuk membentuk karakter, mendalami materi, dan menghasilkan luaran (outcome) yang sesuai dengan tujuan mata kuliah tersebut.

Nah ... Apa kaitan antara pembelajaran di kampus dengan film yang aku tonton? Pelajaran apa yang bisa dijadikan bekal kehidupan rumah tangga yang baik? Yuk! Simak ...

Belajar dari Film Rumah Masa Depan

Episode kehidupan manusia itu tentu saja akan ada banyak lika liku yang kadang naik atau turun. Bisa juga terasa dihantam ombak atau sedang dibuai semilir angin sejuk. Ada perasaan nyaman tapi pada waktu lain ada gelisah. Film yang mengangkat tema keluarga ini berlatar suasana desa di Cibeureum Sumedang. Ya ... Aku tebak dari nomor polisi 'Z' mobil yang dikendarai tokoh utamanya.

Kali ini aku ulas satu konflik yang terjadi antara mertua dan menantu dalam film yang menampilkan artis senior yang masih tetap cantik Widyawati dan Laura Basuki. Mertua yang benci kepada menantunya disebabkan masa lalu yang tragis. Kakek Laura yang memerankan Surti pernah mengambil paksa tanah keluarga Widyawati yang memerankan Kokom. Hutang yang tak mampu dibayar harus ditebus dengan menyerahkan tanah satu-satunya sumber kehidupan keluarga sebagai petani.

Dendam itu mengerak dan menjadi benci yang sepertinya tak bisa pupus. Apakah bisa berdamai dengan keadaan? Apakah bisa tumbuh rasa saling menyayangi? Apakah bisa mertua dan menantu menjadi sahabat sejati -bestie?

Surti berusaha menjadi menantu yang berbakti dan mengungkapkan dengan lugas bahwa dia sayang kepada mertuanya dan cinta kepada suaminya Sukri yang diperankan oleh Fedi Nuril. Sebagai menantu, Surti dapat secara legowo meminta maaf atas kejadian yang bisa membuat mertuanya tidak suka. Kokom juga kemudian mengungkapkan mengapa tidak suka kepada Surti. 

Komunikasi terbuka seperti ini membuat suasana menjadi cair. Dramatis sekali sih ... Adegan saling mengungkapkan isi hati terjadi di kamar mandi. Saat itu Kokom harus dibantu untuk buang air kecil karena sedang sakit. Kejadian masa lalu diungkapkan. Ya ... Trauma dan jejak jelaga hitam itu perlahan terhapus oleh air mata tulus dan pelukan erat. Persoalan tentang tanah yang diambil paksa itu juga bisa diselesaikan dengan baik.

Aku melihat peran suami yang bisa menjadi penengah dalam konflik menantu dan mertua ini sangat penting. Sukri bisa memahami perasaan istrinya dan perasaan ibunya. Dia menjadi jembatan komunikasi antara istri dan ibu. Begitu juga Musa yang diperankan oleh Dedy Sutomo berusaha sebelum akhir hayatnya untuk mengembalikan tanah milik keluarga istrinya. Sungguh peran dari suami ini menjadi jalan damai bagi konflik mertua dan menantu.

Belajar dari Ibunda Sirriyah

Ibunda Sirriyah bersama anak, menantu, dan cucu kesayangan. Sumber gambar dokumen pribadi.
Ibunda Sirriyah bersama anak, menantu, dan cucu kesayangan. Sumber gambar dokumen pribadi.

Kini aku ingin menceritakan kisahku bersama Ibunda Sirriyah yang sangat aku sayangi. Pada tahun ini aku telah memasuki usia pernikahan 29 tahun. Bukan waktu sebentar menjalani biduk rumah tangga bersama suami tercinta. 

Bersyukur dipilihkan Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi Karunia, seorang yang menjadi pendamping hidup dan berproses bersama menjalani kehidupan di dunia dan berdoa selalu hingga kelak di surga-Nya, aamiin ...

Hhhmmm ... Duapuluh sembilan tahun bersama. "Yaaa ... yaaa ... gimana rasanya yaaa?" Kehidupan itu kan pastilah penuh warna dan sejatinya kita yang bisa mewarnainya dan kemudian menikmatinya.

Bila kita yakin bahwa pemilik warna adalah Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana, maka warna apa pun hasil dari kolaborasi berdua itulah keindahan. Itulah kebahagiaan. Itulah hakikat serta hikmah dari setiap episode.

Ada yang bertanya, "Teh Dewi berarti gak punya masalah dong?" He3 ... Gak gitu juga sih. Hidup itu ujian. Aku saja seoran dosen setiap selesai kuliah atau sebelum kuliah sering buat soal loh buat mahasiswa. Belum lagi kampus sudah buat peraturan setiap satu semester harus ada dua ujian yaitu UTS dan UAS. Nanti ada lagi ujian hasil magang, ujian proposal tugas akhir, dan ujian sidang tugas akhir. Kadang harus revisi berulang kali karena hasilnya belum memadai.

Keluarga adalah tempat kami tumbuh dan berkembang bersama dalam naungan kasih sayang Allah. Sumber gambar dokumen pribadi.
Keluarga adalah tempat kami tumbuh dan berkembang bersama dalam naungan kasih sayang Allah. Sumber gambar dokumen pribadi.

Nah ... Masa sih kita hidup gak ada ujiannya?

Hidup itu ujian dan permasalahan adalah kunci dari perjuangan mendapatkan solusi. Bila kita fokus kepada menemukan solusi maka semangatlah! Perjalanan hidup ini adalah mencari solusi kemana dan kepada siapa? Ingatlah selalu bahwa Allah tempat berlindung dan bermohon, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong. Insyaallah ... Hati akan lapang dan pikiran tenang.

"Bagi resepnya dong Teh Dewi ... Bisa awet sampai sekarang?" Aku ini malah ingin berterima kasih kepada Ibunda Sirriyah. Beliau ibu dari suamiku, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang menjadi panutanku. 

Artikel terkait ada di sini: Mamah Tuti dan Ibunda Sirriyah Teladanku

Nasehat beliau adalah bahwa tak ada pasangan sempurna, tak ada pangeran idola atau putri idaman, pernikahan itu ada ijab qabul. Ingat-ingat lagi, ketika wali mengucapkan, "Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ... dst." Kemudian dijawab, "Saya terima nikah dan kawinnya ... dst." Dengan itu diterima segala apa yang ada dalam diri pasangan. Terima saja dulu! Kontan ... Setelah diterima tentulah ada yang masih belum pas, ya kalau mau jadi pasangan itu bersama saling ... Harus saling.

Perkawinan ini juga sebagai perkawanan. Saling melengkapi, saling menolong, saling membantu, saling menghormati, saling menghargai, saling menyemangati, saling menutupi kekurangan, saling berbagi, saling memaafkan, saling belajar, saling mencintai, saling menyayangi, saling mendorong berbuat kebajikan, saling mencegah berbuat keburukan, saling mendoakan agar husnul khatimah, selamat bahagia di dunia dan akhirat serta kelak kembali berkumpul di jannah-Nya bersama anak-anak dan orang-orang shalih, berjumpa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam dan  Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji.

Bersama saling menguatkan untuk satu tujuan selamat di dunia dan akhirat kelak. Sumber gambar dokumen pribadi.
Bersama saling menguatkan untuk satu tujuan selamat di dunia dan akhirat kelak. Sumber gambar dokumen pribadi.

Ibunda Sirriyah sebagai mertua sangat baik dan pemaaf. Beliau tak pernah turut campur urusan rumah tangga anak-anaknya. Kasih sayangnya melimpah kepada anak-anak, para menantu dan cucu. Doa terbaik selalu di langitkan dalam sujudnya pada sepertiga malam yang sunyi. Aku pernah menangis terisak saat tak sengaja melewati kamar beliau di Solo ketika liburan sekolah anak. Terdengar lirih beliau sedang berdoa untuk anak, menantu, dan cucu. Beliau sebutkan namanya satu persatu. Masyaallah ...

Aku juga berusaha menjalankan nasihat beliau, "Berbagi harta membuat kita lebih kaya, berbagi bahagia membuat kita lebih mulia, berbagi kemuliaan hati (cinta dan kasih sayang) pada sesama juga alam semesta membuat kita lebih disayang Allah. Teruslah memohon kebajikan kepada Yang Maha Agung lagi Maha Besar, walau tak diberi-Nya di dunia, pastilah di akhirat kelak kita terima."  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun