Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belajar Toleransi dari Kota Cirebon Sejak 5 Abad Lampau

3 April 2024   08:09 Diperbarui: 3 April 2024   08:33 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku berpose di halaman luar Kelenteng  Tiao Kak Sie. Sumber gambar dokumen pribadi.

Motif mega mendung adalah akulturasi budaya China dan tradisional Indonesia. Keindahan motif ini terletak pada bentuk awan atau mega dengan variasi warna seperti biru dan merah. Kemudian berkembang dengan warna lain seperti hijau, coklat, ungu, kuning, dan hitam. Ternyata hasil kreatifitas para pengrajin batik ini menjadikan motif mega mendung hanya ada satu-satunya di Indonesia.

Batik Cirebon memiliki tiga ragam hias, yaitu batik keratonan, batik pesisiran, dan batik pedalaman. Nah ... Batik pesisiran ini yang terbuka terhadap pengaruh dari luar sehingga memiliki motif yang lebih beragam dan warna yang atraktif. Ragam hias yang dipilih adalah naturalis, seperti burung, bunga, dan daun.

Salah satu batik koleksiku dengan motif naturalis warisan dari Nenek. Sumber gambar dokumen pribadi.
Salah satu batik koleksiku dengan motif naturalis warisan dari Nenek. Sumber gambar dokumen pribadi.

Adapun batik keratonan dalam pemilihan warna lebih lembut seperti putih, hitam, sogan, atau krem. Motif yang digunakan adalah wadas (batu-batuan karang), naga, singa, kereta, sayap, ganggang, taman, pengantenan, dan hutan. Singa wadas adalah motif paling terkenal yang diambil dari ornamen bangunan di Keraton Kasepuhan.

Kota Cirebon juga memiliki warisan budaya berupa tarian yang unik yaitu tari topeng. Selain gerakannya yang khas, kostum yang digunakan juga sangat menarik. Kain batik yang digunakan adalah motif mega mendung sedangkan ornamen yang melengkapi topeng berasal dari akulturasi budaya China.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun