Kisah perjalananku di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bukan sekadar jalan-jalan loh! Aku menemukan berbagai hikmah yang dapat menjadi bahan renungan.
Kali ini aku ingin menikmati Telaga Warna dari atas puncak Batu Pandang Ratapan Angin yang dingin. Tidak mudah juga meniti jalan setapak hingga sampai di posisi yang lebih datar dan bisa memandang leluasa hamparan Telaga Warna. Lihatlah dengan seksama! Sekelilingnya bagai dipeluk bukit dan gunung. Warnanya yang selalu berubah-ubah -bagai mood kita sebagai manusia, menambah keindahannya dan rasa penasaran. Karena setiap kali mengunjunginya akan mendapatkan latar warna yang berbeda.
Tak pernah bosan berkisah tentang Dieng Plateau. Sebuah kawasan bekas gunung vulkanik purba yang sudah tidak aktif lagi. Nah ... Dalam sebuah bekas letusan gunung tentu saja akan ada jejak sisa patahan alam berupa bukit-bukit, bebatuan yang menonjol tak beraturan, dan tebing-tebing yang artistik. Maka tak heran bila kita bisa berjumpa dengan Batu Ratapan Angin yang merupakan batuan khas hasil dari letusan gunung.
Beredar legenda tentang batu yang berdampingan ini. Konon, ada seorang Pangeran yang dikhianati oleh istrinya. Ketika Pangeran mengetahui dengan mata kepala sendiri, istrinya meminta maaf. Namun pasangan gelap si istri malah ingin membunuh Pangeran. Posisi mereka berada di bukit yang aku datangi ini. Tetiba angin bertiup sangat kencang, hingga akar pohon pun tercerabut. Istri dan pasangan gelapnya dikutuk menjadi batu.
Hingga kini masih sering terjadi angin kencang di bukit ini. Kadang terdengar suara dari sela-sela kedua batu tersebut, bagai ratapan. Begitulah asal muasal dinamakan Batu Pandang Ratapan Angin.Â
Legenda lain terkait Telaga Warna di antaranya adalah pakaian putri dan ratu yang terbang ke telaga, cincin bangsawan, hingga kalung putri raja. Memiliki warna pantulan yang cukup banyak, mulai dari kuning, hijau, biru, terkadang tampak seperti pelangi. Sebenarnya fenomena alam ini akibat dari kandungan sulfur yang ada di telaga. Selain warnanya yang indah, di dekat Telaga Warna juga ada gua-gua bersejarah yang bisa dikunjungi.
Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia telah menyiapkan segala kebutuhan hidup bagi setiap makhluk-Nya. Lihatlah matahari yang setia menyinari bumi, menghangatkan, sekaligus memberi manfaat bagi kehidupan. Begitu pula dengan oksigen yang tersedia melimpah -tak berbayar, di sekitar permukaan bumi. Demikian pula dengan air, -H2O hidrogen dan oksigen yang berpadu menjadi molekul yang berkumpul berlimpah. Air tersedia di bumi, di laut, danau, sungai, di dalam tanah dan di atmosfer  berupa uap air yang biasa tampak sebagai awan. Semua telah disediakan oleh Allah untuk menunjang kebutuhan mendasar makhluk hidup ciptaan-Nya yang berada di bumi.
Dalam Al-Quran surah Al-Anbiya ayat 30, Allah berfirman, "Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?"
Baca juga ayat berikut, "Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternak mu. (QS. An-Nahl: 10).