Hari beranjak terang di Bandung Utara yang dingin. Matahari perlahan menampakkan diri dan berbagi kehangatannya. Aku bergegas membereskan koper dan sarapan kilat di MQ Guest House. Lokasinya ada di kawasan Pesantren Daarut Tauhid Bandung. Selepas shalat subuh tadi sempat menghadiri kajian dari Aa Gym yang sangat menginspirasi. Oya ... Beliau juga berpesan untuk selalu mendoakan warga di Palestina yang sedang dijajah oleh zionis Israel.Â
Silakan mampir di artikelku : Puisi Untuk Anak Palestina
Setelah rapi semua barang di bagasi mobil, aku meluncur menuju arah Bandung Selatan melalui jalan tol Padaleunyi dan keluar di kawasan Gedebage atau exit tol KM-149. Alhamdulillah ... Perjalanan lancar dan suasana tol juga masih lenggang. Ya ... Bisa jadi karena masih pagi.Â
Tampak di kejauhan bangunan berwarna putih yang megah. Menara tampak menjulang. Sesampainya di area parkir Masjid Al Jabbar, aku segera turun dan menuju koridor yang digunakan untuk pengunjung memasuki masjid. Masyaallah ... Kemegahan dan keindahan eksterior dan interior masjid ini sungguh terasa. Arsitek yang merancangnya adalah Ridwan Kamil, yang biasa dipanggil Kang Emil. Masjid yang memiliki ruang utama seluas 99x99 meter persegi ini berasal dari inspirasi Asmaul Husna.
Kang Emil juga mendesain sebuah masjid di rest area tol Cipularang arah ke Jakarta. Aku sudah menuliskannya di sini: Uniknya Masjid As Safar KM-88 Cipularang
Asmaul Husna Al Jabbar memiliki arti keagungan dan ketinggian. Allah Al Jabbar bermakna bahwa Allah Maha Perkasa yang kehendak-Nya tidak bisa diingkari oleh siapa pun. Dalam Al-Qur'an Allah berfirman, "Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Maharaja, Yang Maha Suci, Yang Maha Pemberi Keselamatan, Yang Maha Pemberi Rasa Aman, Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Kehendaknya tidak bisa diingkari..." (QS Al-Hasyr : 23).
Desain utama Masjid Al Jabbar mengambil gaya arsitektur Timur Tengah, Turki, dengan perpaduan beragam elemen budaya tradisional Jawa Barat. Bangunan utama tampak solid, karena antara dinding dan atap tidak terpisahkan. Ada elemen air yang menjadikan bangunan ini tampak mengapung. Keren sekali ... Danau yang ada ini ternyata berguna juga untuk penyimpanan cadangan air dan menanggulangi banjir di kawasan sekitar.
Interior ruang utama masjid yang biasa digunakan untuk shalat berjamaah didesain dengan unik dan menarik. Terdapat 27 relung yang dibuat dengan tangan oleh para pengrajin di seluruh Jawa Barat. Bahan utamanya adalah tembaga dan kuningan sehingga tampak mewah dengan relief motif batik yang mewakili setiap Kota/Kabupaten. Lampu-lampu yang menghiasi ruangan tampak elegan.
Saat siang hari, ruangan ini menggunakan pencahayaan alami yang berasal dari langit-langitnya. Indah sekali bila kita menengadahkan wajah ke atas. Tampak ada kaligrafi bertuliskan lafazh Allah. Udara dalam ruangan juga terasa sejuk, walau pendingin buatan tidak difungsikan pagi ini.Â
Aku sempatkan shalat tahyatul masjid dan shalat dhuha. Sungguh aku betah berlama-lama duduk dan berdzikir di sini. Ada beberapa rombongan kecil yang juga menikmati Masjid Al Jabbar dengan berswafoto baik di halaman luar maupun di dalam masjid. Anak-anak kecil riang berlarian dan seolah tak ingin meninggalkan masjid ini. Namun, hari sudah beranjak siang, aku harus segera kembali ke Jakarta.Â
Menurut pendapatku masih perlu ditingkatkan lagi penghijauan di area taman. Diharapkan nanti akan banyak pohon rindang agar suasana menjadi lebih sejuk. Terasa sekali teriknya matahari pada jelang siang ini. He3 ... Untung masih di Bandung ya yang secara geografis berada di dataran tinggi.Â
Oya ... Ada yang menarik di kawasan masjid ini, ternyata dekat dengan jalur Selatan kereta api. Rute kereta api dari Bandung menuju Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Malang melintas di kejauhan. Seru juga melihatnya ...
Sebagai pengunjung tentu saja kita harus menjaga keindahan, kebersihan, keamanan, dan kenyamanan di Masjid Al Jabbar. Beruntung aku datang saat tidak padat pengunjung. Malah cenderung sepi. Entah mengapa? Karena temanku ynag pernah datang ke sini dalam keadaan sangat ramai, bahkan padat sekali. Bisa jadi karena aku datang di hari kerja, bukan akhir pekan. Oke ... Jadi saranku kalau ingin tidak terlalu riweeuuuhhh, apalagi kalau mengajak anak kecil dan balita sebaiknya jangan saat liburan atau akhir pekan ya.
Ada beberapa peraturan yang harus ditaati oleh pengunjung, yaitu:
1. Perhatikan batas suci. Aku diminta melepas alas kaki dan dimasukkan ke dalam kantong, atau menaruhnya nanti di rak dekat area toilet dan wudhu.
2. Tidak makan dan minum dan tidur di dalam masjid.
3. Tidak merusak fasilitas yang ada di masjid, seperti jangan menginjak rumput atau mencabut tanaman. Jangan mencorat-coret apa pun dan membuang sampah sembarangan.
4. Perhatikan dan jaga barang pribadi dengan baik.Â
5. Bila membawa anak, terutama balita, mohon diperhatikan kebersihannya seperti memakai popok anti bocor dan selalu dalam pengawasan orang tua.
Tak lupa berfoto sejenak di tepi danau, dengan latar masjid dan langit biru berhias awan putih. Angin sepoi menemaniku. Waaahhh ... Rasanya masih betah nih ... Aku sempatkan mampir ke kios UMKM yang berada di dekat area parkir. Ada cemilan buah potong yang segar dan tahu Sumedang yang hangat dengan cabe rawit pedas. Aku memesan segelas kopi agar tidak mengantuk saat menyetir mobil di tol.