Zulqarnain secara harfiah berarti "orang yang bertanduk dua" atau raja yang memiliki dua tanduk. Akan tetapi siapa sebenarnya dia, di mana dan hidup pada zaman apa tidak diketahui karena Al-Qur'an tidak memberikan bahan kepada kita untuk dijadikan jawaban yang tepat.
Al-Qur'an mengisahkan tentang perjalanan Zulqarnain yang diberikan tugas pengembaraan menuju tempat terbenam dan terbitnya matahari. Adapun misi utamanya adalah menyebarkan agama Allah dan ajaran tauhid. Dalam setiap perjalanannya, ketika bertemu suatu kaum, dan dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang terjadi, sikapnya dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan setiap permasalahan menunjukkan betapa ia menerapkan dan menjunjung prinsip-prinsip kebaikan dalam hidupnya.Â
Perjalanan Pertama Perjalanan ke Barat (Magrib al-Syams)
"Hingga ketika telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, dia mendapatinya terbenam di dalam mata air panas lagi berlumpur hitam. Di sana dia menemukan suatu kaum (yang tidak mengenal agama). Kami berfirman, "Wahai Zulqarnain, engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan kepada mereka (dengan mengajak mereka beriman)."
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya: "Zulqarnain berjalan hingga sampai ke suatu daerah di bagian barat bumi. Adapun anggapan bahwa ia sampai ke tempat tenggelamnya matahari yang ada di langit, itu sesuatu hal yang mustahil terjadi. Sedangkan perkataan ahli dongeng dan cerita bahwa Zulqarnain berjalan dalam suatu zaman di bumi dan matahari terbenam di belakangnya, adalah suatu hal yang tidak ada kenyataannya. Kisah-kisah seperti itu kebanyakan berasal dari cerita para Ahli Kitab yang banyak terdapat kemungkaran di dalamnya."
Perjalanan Kedua Perjalanan ke Timur (Mala al-Syams)
"Hingga ketika sampai di posisi terbitnya matahari (arah timur), dia mendapatinya terbit pada suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya) matahari itu".
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa keadaan kaum itu tidak mempunyai rumah untuk beristirahat, dan tidak ada pepohonan yang melindungi mereka dari sengatan matahari yang sangat panas. Adapun ciri-ciri kaum dalam ayat itu menurut Sad bin Jubair adalah bahwa mereka bertubuh kecil dan berkulit merah, bertempat tinggal di gua, dan penghidupan mereka adalah berburu ikan
Perjalanan Ketiga Berjumpa Yajuj dan Majuj
Dalam perjalanan ke belahan bumi bagian barat, Zulqarnain bertemu sebuah kaum yang hidup dalam ketakutan. Dalam kitabnya, Al-Biddayah wan Nihayah, Ibnu Katsir mengatakan, "Al-Qur'an menyebut kaum itu baina as saddain (daerah yang terdapat di antara dua gunung). Mereka mendapati kaum itu, suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan (surah Al-Kahfi ayat 93). Mereka sangat ketakutan akan kedzaliman dan kerusakan yang dibuat Yajuj dan Majuj.