Anakku bungsu, Teteh seorang pencinta kucing. Sejak masih taman kanak-kanak Teteh sudah senang bermain dengan kucing-kucing yang dipelihara di rumah. Kami memelihara kucing asli Indonesia, alias kucing kampung.
Kucing yang ada di rumahku beragam warna bulu mereka, karena memang berasal dari induk yang berbeda-beda. Ada yang hitam putih, kuning kunyit atau orange -biasa disebut ucing oyen, juga ada yang tiga warna atau calico.Â
Si Calico Yang Lucu
Kucing di rumahku hanya boleh tinggal di teras dan halaman rumah. Tidak boleh masuk ke dalam rumah. Aku hanya mengijinkan sesekali saja kucing-kucing ini main di dalam rumah dengan pengawasan. Setelah selesai main ya harus kembali ke teras, karena kandang kucing dan bak pasir untuk pup memang diletakkan di sana.Â
Tapi kadang aku dan Teteh kepingin juga main bersama kucing-kucing lucu itu. Jadilah mereka diajak masuk ke dalam rumah sebentar saja sih ... Kadang ikut Teteh belajar dan mengerjakan tugas pesantren atau menemani aku mengajar mahasiswa secara online / daring.
Sayang banget ... Sedih ... Calico sempat hilang. Dia itu ikut suamiku ke masjid. Trus nunggu di bawah tangga. Gak berani naik ke ruang utama shalat. Ternyata pas pulang, dia menghilang, entah ke mana? Sudah tanya security komplek, katanya gak lihat. Suamiku sampai mutar-mutar komplek dan panggil-panggil namanya. Nihil!
Waktu berlalu satu minggu. Teteh nangis waktu dikabari Calico hilang. Tak disangka saat aku ada perlu membeli roti ke arah belakang komplek, tetiba melihat Calico di antara kendaraan yang diparkir. Ya ... Allah ... Kasihan sekali badannya kurus dan tampak stress. Aku bawa pulang sambil digendong dan diajak ngobrol. Aku tanya. "Kamu ke mana aja Calico? Duuuhhh ... Kamu dicariin sama Bapa dan Teteh loh!"
Ternyata Calico sakit. Tidak sampai dari sebulan setelah ditemukan, Calico mati.
Si Clever -Calico Yang Pintar
Aku punya satu kucing calico lagi tapi diberi nama Clever. Nah ... Clever paling senang kalau menemani aku belajar dan baca buku. Ikut riweuh naik ke lemari buku atau ikut main di meja kerjaku.Â
Clever ini anak dari Tahu kucing oyen yang berbulu seperti keturunan persia. Tahu kucing lokal. Entahlah mengapa bulu -terutama ekornya itu megar. Tetanggaku malah kasih julukan 'bugar' : bulu megar he3 ....
Selain dua kucing yang aku pelihara, beberapa kali berjumpa kucing calico di berbagai tempat. Ada di Masjid Salman ITB, di Warung Pasta sebelah kampus ITB, di tepi pantai Ancol, di kawasan pesantren Daarut Tauhid Bandung, di Villa Nafkah Bogor (tempatnya Teteh, anakku bungsu mengikuti camp Al-Qur'an / murokaz selama satu bulan).
Baca artikelku tentang Nama-nama Kucing Peliharaanku.
Pengalaman didekati kucing calico di Warung Pasta itu aneh juga sih ... Aku sedang janjian mau makan siang bareng Kaka, anakku sulung. Eeehhh ... Tak lama duduk sambil pesan makanan, kucing ini datang. Trus di samping sofa lihat ke arah mukaku seperti memelas. Tapi tidak mengeong. Duduk manis aja gitu. Nah ... Saat Kaka datang, kucingnya mendekat dan seperti menyambut. Iiihhh ... Gemes banget kelakuannya.Â
Sambil menunggu pesanan datang, aku ajak naik ke sofa. Kucingnya duduk gelendotan, masih tanpa mengeong. Baik banget ... Saat aku makan juga dia gak gangguin. Cuma duduk aja nemenin makan.Â
Satu lagi cerita ketemu kucing calico di pantai Ancol saat aku olah raga pagi-pagi. Sambil istirahat dan memandang ke arah laut, tetiba didatangi kucing calico. Minta salim ha3 ... Dia cium tangan aku saat mau pegang kepalanya.Â
Unicorn Kucing Spesial
Satu kucing lagi namanya Unicorn. Kucing special yang ditemukan saat masih bayi -plasentanya pun belum lepas. Sepertinya kucing ini tercecer saat induknya memindahkan bayi-bayinya.
Ceritanya ... Sore sepulang sekolah Teteh minta ijin mengadopsi bayi kucing ini. Tapi aku keberatan. Mengapa ? Dua minggu lagi Teteh akan berangkat ibadah Umroh selama 9 hari. Aku berpikir gimana juga cara mengurus bayi kucing? ... Kucing-kucing kami yang lain ada induknya. Jadi ya ... bayi-bayinya pun di urus induknya.
Teteh keukeh mau mengurusnya. Ya Allah ... Aku jadi merasa iba juga dengar bayi kucing mengeong terus. Mungkin lapar dan haus. Bingung ??? Harus di kasih minum susu nih ... Aku beli susu bayi di took dan diberikan dengan pipet. Duuuhhhh ... Repot banget!
Esok harinya pagi-pagi aku ke petshop membeli susu bayi khusus kucing juga dot mungil. Ha3 ... Aneh aja rasanya menyusui bayi kucing. Oya pasir kucing juga harus dibeli loh! Ah ... Pokoknya mah pengalaman baru yang rada-rada gimana gitu. Memang ini ujian kesabaran. Menjelang keberangkatan ke Tanah suci, aku bertanya ke petshop apa ada penitipan bayi kucing. Ternyata ada dengan harga 40 ribu rupiah perhari belum makanan dan minumannya.
Alhamdulillah ... Kami dapat menjalankan ibadah Umroh dengan lancar, sehat, dan semoga mabrur aamiin. Kembali ke Tanah air, Teteh langsung minta menjemput Unicorn. Waaaahhhhh .... Kangen ya? Di gendongnya kucing mungil yang lucu itu. Aku jadi terharu ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H