Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pendidikan Berbasis Karakter Ala Nabi Musa dan Nabi Khidir

1 Maret 2023   10:16 Diperbarui: 1 Maret 2023   10:22 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surah Al-Kahfi kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Dokumen pribadi

Nilai-nilai pendidikan yang sekarang sedang ramai diperbincangkan oleh kalangan pendidik maupun pemerintah sebagai otoritas kebijakan adalah tentang pendidikan berbasis karakter. Sejauh ini sering kali perbincangan dan kebijakan yang diambil melepaskan diri dari sumber utama nilai-nilai kehidupan kita sebagai hamba Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui.

Sejalan dengan pemikiran bahwa umat Islam harus mengambil nilai-nilai dasar dari Al-Qur'an, maka ayat-ayat.Nya adalah rujukan utama. Mari kita buka dan telaah sebuah kisah agung yang ada di dalam kitab suci umat Islam ini. Siapa yang tak kenal Nabi Musa? Ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa adalah yang terbanyak mulai dari sebelum kelahiran hingga episode berhadapan dengan Fir'aun yang dzalim, serta perjalanannya mencari ilmu dengan Nabi Khidir.

Di dalam surah Al-Kahfi ayat 60-80 adalah pondasi kita untuk memahami nilai-nilai pendidikan berbasis karakter. Ada dua aspek yang dibahas yaitu tentang pelajar yang harus memiliki akhlak seperti kegigihan, sifat rasa ingin tahu, kesopanan, dan siap berguru kepada siapapun tanpa memandang pangkat dan derajat. Aspek lainnya adalah tentang guru yang harus memiliki akhlak sabar, metode yang tepat, berhati lembut, mengetahui latar belakang muridnya, pemaaf, bijak, dan mengajarkan kebenaran.

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam buku Atlas Of The Qur'an penerbit Darussalam. Dokumen pribadi.
Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam buku Atlas Of The Qur'an penerbit Darussalam. Dokumen pribadi.

Hikmah Untukku Sebagai Pembelajar

Insight yang bisa kita dapatkan saat memperdalam ayat 60-80 di dalam surah Al-Kahfi ini adalah:

Pertama : Perjalanan untuk menuntut ilmu, dibuktikan dengan berjalannya Nabi Musa bersama muridnya (pembantunya) bernama Yusua bin Nun untuk berguru kepada Nabi Khidir.

Kedua : Keinginan yang kuat/bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dibuktikan dengan terus berjalannya Nabi Musa untuk menuntut ilmu, meskipun tidak tahu tempatnya dan banyak rintangan, namun Nabi Musa tidak menyerah dan berkata akan terus berjalan sampai (walaupun harus) bertahun-tahun lamanya.

Ketiga : Perlunya bekal dalam bepergian terutama saat menuntut ilmu. Hal ini dibuktikan oleh Nabi Musa dengan membawa bekal berupa ikan dalam keranjang.

Keempat : Adab murid terhadap guru. Nabi Musa membuktikan dengan permintaan ijin kepada Nabi Khidir dengan pertanyaan yang sangat sopa santun yaitu, "Bolehkan aku mengikutimu?" Benar sekali ... Nabi Musa ketika menjadi murid Nabi Khidir artinya menjadi folloer -pengikut yang tunduk dan patuh kepada gurunya.

Kelima : Sabar dalam menuntut ilmu. Keletihan dan ketidaktahuan tempat yang akan dituju oleh Nabi Musa agar bisa berjumpa dengan Nabi Khidir tidak mematahkan semangat. Bahkan Nabi Musa sampai harus istirahat berkali-kali dalam perjalanan panjangnya itu. Hal ini dalah bukti bahwa Nabi Musa sabar dan terus memohon pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah agar diberikan jalan untuk menuntut ilmu.

Etika Murid Terhadap Guru

1. Murid harus mempunyai semangat yang tinggi dan tidak putus asa dalam mencari ilmu, meskipun jarak yang ditempuh jauh dan membutuhkan waktu yang lama.

2. Seorang murid harus bersikap sopan kepada gurunya.

3. Berbaik sangka dan menyakini bahwa guru lebih pandai dan memiliki ilmu yang belum diketahui oleh murid. Sehingga ketika menjadi murid tidak berlaku sombong, tapi harus tawadhu.

4. Murid selayaknya tidak mudah tersinggung tatkala guru memberikan kritik atau saran atau penilaian kepadanya.

5. Mempunyai komitmen untuk menjalankan perintah guru.

6. Bertanya kepada guru sesuai ijin dan kondisi guru.

7. Jika melakukan kesalahan hendaknya seorang murid meminta maaf kepada gurunya.

8. Seorang murid harus siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan.

9. Meminta arahan dalam menuntut ilmu, terutama terkait ilmu-ilmu yang belum dipelajari.

Hikmah Untukku Sebagai Guru

Sebagai guru pertama dan utama bagi ketiga anakku (Kaka, Mas, dan Teteh) tentu saja pelajaran penting dari kisah Nabi Musa ini harus dijadikan dasar dalam proses pendidikan karakter mereka sebagai pembelajar.

Sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi, aku juga harus bisa menerapkan berbagai nilai-nilai pendidikan agar pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas bisa menghasilkan keluaran -outcome yang terbaik.

Ada dua hal yang menjadi catatanku, yaitu: 

(1) Interaksi pendidikan antara Nabi Musa dan Nabi Khidir adalah bertujuan untuk mengubah tingkah laku Nabi Musa dari sombong menjadi tawadhu dan dari mengeluh menjadi sabar. Nabi Khidir memberikan materi pembelajaran di antaranya adalah: dirusaknya perahu (terbakarnya perahu), terbunuhnya anak kecil, dan membangun kembali -meluruskan tembok yang runtuh atau bengkok/miring. Adapun proses penilaiannya adalah dengan mengkomunikasikan semua materi yang mengganjal sebelum mengakhiri proses mengajar.

(2) Hasil interaksi -outcome antara Nabi Musa dan Nabi Khidir yang sesuai untuk direalisasikan di zaman sekarang (khususnya di rumah dan di kelas) adalah perubahan tingkah laku (anak-anak dan mahasiswa) lebih diperhatikan dari pada hanya menyampaikan pengetahuan. Unsur-unsur interaksi pendidikan antara Nabi Musa dan Nabi Khidir ini sesuai dengan kurikulum merdeka (baik di kampus, sekolah, maupun pesantren) yang meliputi beragam kegiatan seperti: mengamati, bertanya, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan.

Kata sabar diulang hingga 70 kali di dalam Al-Qur'an. Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang  berfirman, "Katakanlah, Hai hamba-hambaku yang beriman bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar : 10).

Metode Guru Dalam Mengajar

Menarik untuk dipelajari bahwa Nabi Khidir menggunakan kombinasi beberapa metode dalam menanamkan semua nilai-nilai karakter kepada Nabi Musa. Kita sebagai orang tua dan guru dapat menerapkannya juga dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: metode keteladanan, metode demonstrasi, metode punisment dan reward, metode diskusi, dan metode pengulangan.

Bila dikombinasikan dengan metode kekinian juga akan bertambah baik, seperti adanya metode ceramah, metode pembiasaan, metode kisah, metode deduktif, metode perumpamaan, metode kiasan, metode perbandingan, metode eksperimen, metode pemecahan masalah, metode pemberian pujian dan kegembiraan, metode kasih sayang dan lemah lembut.

...

Aku belajar tafsir Ibnu Katsir selain membaca terjemahan Al-Qur'an. Dokumen pribadi.
Aku belajar tafsir Ibnu Katsir selain membaca terjemahan Al-Qur'an. Dokumen pribadi.

Terjemahan Surah Al-Kahfi Ayat 60-82

Dan (ingatlah) keika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.” Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu (ikan) itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. 

Maka ketika mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya, “Bawalah kemari makanan kita; sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” Dia (pembantunya) menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” 

Dan (Musa) berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. 

Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” Dia menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu , sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun.” 

Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya kepadamu.” Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya menaiki perahu lalu dia melubanginya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sunnguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.” Dia berkata, “Bukankah sudah aku katakan, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?” 

Dia (Musa) berkata, “Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam dalam urusanku.” Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sugguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.” Dia berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?” 

Dia (Musa) berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku.” Maka keduanya berjalan; ingga ketika keduanya sampai kepa penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka (penduduk negeru itu) tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh (di negeri itu), lalu dia menegakkannya. 

Dia (Musa) berkata, “Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.” Dia berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya. Adapun perahu itu adalah milik orang miskin yang bekerja di laut; aku bermaksud 51 merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu. Dan adapun anak muda (kafir) itu, kdua orang tuanya mukmin, dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya). Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang dibawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghemdaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhan. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.

(Depag RI, 2005: 300-302)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun