Kecintaan Bapa kepada Al-Qur'an dibuktikan dengan memberiku hadiah Al-Qur'an bersampul merah terang berjudul 'Tafsir Quran Karim', karya Mahmud Yunus.
Pada lembar pertama ada goresan tulisan tangan Bapa, 'Jakarta, 11 Ramadhan 1402, Hadiah ulang tahun ke-12 bagi Dewi Laily Purnamasari (Neng Ai) tanggal 14 Ramadhan 1402 dari Bapa, dr. Oom Surachman'.Â
Hatiku perih oleh rasa rindu kepada Bapa. Isakku tertahan ...
Al-Qur'an ini setia menemaniku tilawah, belajar tahsin saat SMP, SMA dan kuliah. Setelah menikah aku beralih membaca Al-Qur'an hadiah dari suami, karena kertas Al-Qur'an hadiah dari Bapa sudah mulai lapuk dan berwarna kusam kekuningan.
Teladan dari Bapa untuk Mencintai Al-Qur'an
Bapa senang membaca ayat-ayat Al-Qur'an terkait dengan fenomena alam, seperti bulan, matahari, dan bintang seperti ayat berikut, "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui," (QS. Yunus : 5).Â
Ayat lainnya yang menggetarkan hatiku adalah "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya)." (QS. An Nahl : 12).
Hingga kini aku senantiasa berusaha untuk terus istiqamah belajar Al-Qur'an. Suri teladan Bapa dan Mamah ini aku terapkan kepada Kaka, Mas, dan Teteh yang telah menyelesaikan ziyadah hafalan 30 juz barakallah.
Tentu bukan hanya berucap ketika mengajak, aku lebih berharap dengan contoh nyata dari diriku sendiri agar memberi kesan mendalam dan jejak pengaruhnya hingga akhir hayat nanti.
Baca juga: Maryam dan Hafalan 30 Juz Al-Qur'an