Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rasulullah SAW adalah Jalan Cahaya-Nya

8 Oktober 2022   07:37 Diperbarui: 9 Oktober 2022   07:33 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan hidup membutuhkan cahaya petunjuk. Dokumen pribadi.

Perjalanan Jiwa Lebih Berharga Daripada Perjalanan Raga

Niatkan perjalanan hidup kita ini untuk semakin mendekat kepada-Nya, merasakan betapa sungguh Allah Maha Besar lagi Maha Kuasa.

Sejatinya seorang pejalan sejati memaknai setiap langkah kakinya di atas muka bumi. Dekat atau jauh bukanlah ukuran mana yang lebih bermakna.

Namun ... kekayaan pengalaman dan hikmah yang didapat baik di awal, saat menjalankan, dan di akhir perjalanan itulah yang bernilai tiada tara. Terlebih bila pejalan sejati bisa semakin mengenal Tuhannya, Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Terpuji.

Tak mungkin kita akan berjalan dengan benar jika tak ada cahaya. Betapa sulitnya berjalan dalam gelap gulita.

Allah Yang Maha Penyantun lagi Maha Pengampun telah memberikan petunjuk jalan berupa Al-Qur'an.

Sedangkan Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam adalah jalan cahaya-Nya.

Beliau adalah Al-Qur'an berjalan, setiap tindak tanduk, laku lampah, gerak gerik, ucap kata, dan petunjuk syariat benar-benar terpancar terang benderang dari dirinya.

Sebagai hamba Allah yang paling mulia, Nabi Muhammad senantiasa bermohon kemurahan kasih sayang dan ampunan-Nya.

Lalu... kita ini yang bergelimang dosa dan kesalahan tak malukah jika abai terhadap petunjuk jalan berupa Al-Qur'an.

Kenangan Al-Qur'an Pertamaku Hadiah dari Bapa

Kecintaan Bapa kepada Al-Qur'an dibuktikan dengan memberiku hadiah Al-Qur'an bersampul merah terang berjudul 'Tafsir Quran Karim', karya Mahmud Yunus.

Pada lembar pertama ada goresan tulisan tangan Bapa, 'Jakarta, 11 Ramadhan 1402, Hadiah ulang tahun ke-12 bagi Dewi Laily Purnamasari (Neng Ai) tanggal 14 Ramadhan 1402 dari Bapa, dr. Oom Surachman'. 

Hatiku perih oleh rasa rindu kepada Bapa. Isakku tertahan ...

Al-Qur'an hadiah ulang tahunku yang ke-12 dari Bapa. Dokumen pribadi
Al-Qur'an hadiah ulang tahunku yang ke-12 dari Bapa. Dokumen pribadi

Al-Qur'an ini setia menemaniku tilawah, belajar tahsin saat SMP, SMA dan kuliah. Setelah menikah aku beralih membaca Al-Qur'an hadiah dari suami, karena kertas Al-Qur'an hadiah dari Bapa sudah mulai lapuk dan berwarna kusam kekuningan.

Teladan dari Bapa untuk Mencintai Al-Qur'an

Bapa senang membaca ayat-ayat Al-Qur'an terkait dengan fenomena alam, seperti bulan, matahari, dan bintang seperti ayat berikut, "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui," (QS. Yunus : 5). 

Ayat-ayat kauniah memberikan bukti Allah Maha Kuasa  lagi Maha Agung. Dokumen pribadi
Ayat-ayat kauniah memberikan bukti Allah Maha Kuasa  lagi Maha Agung. Dokumen pribadi

Ayat lainnya yang menggetarkan hatiku adalah "Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya)." (QS. An Nahl : 12).

Hingga kini aku senantiasa berusaha untuk terus istiqamah belajar Al-Qur'an. Suri teladan Bapa dan Mamah ini aku terapkan kepada Kaka, Mas, dan Teteh yang telah menyelesaikan ziyadah hafalan 30 juz barakallah.

Tentu bukan hanya berucap ketika mengajak, aku lebih berharap dengan contoh nyata dari diriku sendiri agar memberi kesan mendalam dan jejak pengaruhnya hingga akhir hayat nanti.

Baca juga: Maryam dan Hafalan 30 Juz Al-Qur'an

Semoga kita kelak berkumpul di surga-Nya terindah, aamiin.

Cahaya Purnama di Langit Makkah

Hatiku sering tergetar bila memandang purnama. Begitupun saat aku berada di pelataran Ka'bah dan memandang langit Makkah yang berhias indahnya cahaya purnama. Masyaallah ...

Suasana di pelataran Ka'bah. Dokumen pribadi
Suasana di pelataran Ka'bah. Dokumen pribadi

Begitupun kisah Ibrahim as yang pernah berpikir bahwa bulan dan bintang-bintang di langit adalah tuhan, namun saat benda langit ciptaan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Terpuji itu tenggelam dalam cahaya terang benderang matahari Ibrahim as berkesimpulan semua benda langit bukanlah tuhan ...

Terbayang kisah yang aku baca dalam buku The Great Story of Muhammad SAW. Perjuangan Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam masa awal dakwah Islam yang penuh aral melintang. Kekejian kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad dan umat Islam sungguh tiada tara. 

Ada seorang kafir menumpahkan kotoran unta di atas punggung Beliau di antara dua bahunya. Peristiwa yang memilukan itu terjadi di depan Ka'bah saat Beliau sedang shalat dan bersujud.  Kotoran itu sangat banyak sehingga Beliau tidak mampu bangkit.

Fatimah ra mendengar kejadian itu langsung datang menemui ayahandanya tercinta dan membersihkan tubuh ayahnya sambil menangis. 

Baru setelah bersih, Beliau bisa mengangkat kepalanya ... dan berkata, "Jangan menangis, wahai putriku ... Sungguh Allah akan menolong ayahandamu." Rasulullah shalallaahu alaihi aassalaam berdoa, "Ya Allah ... Hukumlah orang-orang Quraisy ini." Berdasarkan Sirah Nabawiyah, kita tahu ketika dalam perang badar orang kafir tersebut menemui ajalnya.  

Sedih terasa betapa perjuangan dakwah tidaklah mudah. Fatimah ra anak perempuan kesayangan Rasulullah shalallaahu alaihi aassalaam di pelataran Ka'bah menangis karena ayahanda tercinta didzalimi  dan diteror fisik oleh orang-orang kafir.

Teteh di pelataran Masjidilharam saat menunaikan ibadah umroh. Dokumen pribadi
Teteh di pelataran Masjidilharam saat menunaikan ibadah umroh. Dokumen pribadi

Malam itu aku dan Teteh, selepas shalat isya di Masjidilharam melanjutkan tawaf. Airmatapun menemani dengan setia. Aku genggam tangan Teteh selama 7 kali putaran mengelilingi Ka'bah. Sesekali kami memandang ke arah Baitulah ... dan terus meninggi memandang langit Makkah berhias purnama. 

Subhanallahi wa bihamdih. Tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau-lah yang menciptakan aku.

Doaku melangit ... "Aku adalah hamba-Mu, aku (yakin) dengan janji-Mu dan aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat, aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu ... ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau ... aamiin."

Baca juga: Bendera Merah Putih Berkibar di Arafah

Semoga Allah Yang Maha Baik lagi Maha Penyantun mengabulkan permohonanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun