"Masa sih ada gurun pasir di Pulau Bintan?" tanyaku pada pengemudi yang menjemputku. "Ada Bu ... Itu lokasi kekinian yang jadi destinasi wajib pelancong di sini," jawabnya dengan antusias sambil membelokkan kendaraan menuju jalan sempit.Â
Lokasi gurun pasir ini terletak di Desa Busung dan bisa dicapai hanya 15 menit saja jaraknya dari Pelabuhan Tanjung Uban atau sekitar 1 jam dari Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjung Pinang.
Waaahhh ... Supraise! Di sisi kanan aku melihat ada kolam besar sekali semacam telaga berwarna hijau kebiruan. Lalu saat aku turun dari kendaraan dan menuju ke arah timur tampaklah hamparan pasir putih yang sangat luas.Â
Bahkan pasir itu berbukit-bukit indah sekali. Bila diperhatikan dengan jeli warna pasirnya tidak sungguh-sungguh putih, namun ada campuran warna merah kecoklatan dan membentuk palet warna yang eksotik.
Kebetulan saat itu suasana sedang sepi ... Lagi-lagi aku merasa ini lokasi milik sendiri deh! Ha3 ... Sejauh mata memandang gundukan pasir ini memang bisa dikatakan mirip dengan gurun pasir yang pernah aku kunjungi di Saudi Arabia saat ibadah haji dan umroh. Mirip loh ya! Bukan sama ...
Pasir yang tersisa membentuk bukit-bukit kecil dan terasa lebih padat. Untungnya cuaca sedang terang, tidak hujan.Â
Menurut pemandu di sana, kalau hujan pasirnya agak basah dan becek tidak nyaman untuk berjalan-jalan dan berfoto di atasnya. Nah ... Â Soal berfoto ada yang lucu loh! Masyarakat yang mengelola membuat replika hewan unta dan kuda dari triplek. Maksudnya lagi-lagi tentu agar mirip dengan gurun pasir di Timur Tengah atau Afrika.
Langit biru, hijaunya pepohonan, dan bukit-bukit pasir menjadikan lokasi ini diburu para wisatawan untuk berfoto. Lokasi seluas 6.000 hektar ini dulunya adalah bekas penambangan pasir yang diekspor ke Singapura.Â
Pada tahun 1980-an dihentikan operasinya oleh Presiden Soeharto dan terbengkalai puluhan tahun. Lubang-lubang besar akibat penggalian itu terisi air hujan dan bereaksi dengan zat kimia berupa bauksit dan lainnya sehingga  airnya menjadi berwarna hijau kebiruan.
Lumayan capek juga nih berjalan sejauh itu hingga keringat bercucuran. Oya ... Jangan lupa gunakan pakaian yang nyaman, memakai sepatu, membawa topi, dan kacamata hitam saat berkunjung ke sini.Â
Cuacanya semakin siang semakin terik. Tapi jangan khawatir, jika haus dan lapar ada tersedia buah kelapa muda yang segar dan makanan ringan sambil istirahat sebentar. Angin semilir yang berhembus sejuk pastinya akan menambah nyaman suasana.
Menurut pendapatku ... Eksotisme lokasi ini melebihi gurun pasir yang sesungguhnya, karena di sana tak ada telaga indah yang menjadi latarnya.Â
Sungguh pemandangan yang menawan dan membuatku ingin berlama-lama menikmatinya.
 Namun ... Ada rasa miris juga ya, ternyata bekas penambangan itu pasti menimbulkan kerusakan alam.Â
Air di telaga biru ini beracun sehingga tak bisa dimanfaatkan untuk kolam ikan atau dikonsumsi manusia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H