Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berterima Kasihlah agar Hidup Kita Bahagia

29 Agustus 2022   14:35 Diperbarui: 29 Agustus 2022   14:48 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perahu nelayan di laut dekat pulau Komodo NTT. Dokumen pribadi
Perahu nelayan di laut dekat pulau Komodo NTT. Dokumen pribadi

Kapal nelayan di Belitung. Dokumen pribadi.
Kapal nelayan di Belitung. Dokumen pribadi.

Kemarin aku berjalan santai di trotoar koridor Sudirman dan berjumpa dengan petugas kebersihan berbaju orange. Jalanan disapu dan dibersihkan dari sampah. Dia bekerja dengan tekun untuk kenyamanan warga DKI Jakarta yang melintas di sana. Waktu aku sapa, dia tersenyum lebar. 

Begitupun ketika aku ucapkan terima kasih kepada petugas di halte Transjakarta  (PGC Cililitan, Harmoni, dan Senayan) mereka tampah senang. Waaahhh ... Alangkah senangnya bisa berbagi bahagia hari itu. 

Begitulah sejatinya manusia ... Sekali lagi tak akan bisa hidup tanpa pertolongan orang lain. Ketika aku sakit, juga saat anak-anak dan suami harus dirawat di rumah sakit. Pertolongan dokter dan para perawat sangatlah terasa. Mereka menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. 

Tentu juga karena telah berjanji di hadapan Tuhan untuk berbuat kebaikan, membantu menolong orang yang membutuhkan. Sebisa mungkin upaya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa yang terancam. Saat aku melahirkan, bertaruh nyawa. Dokter dan perawat menolongku hingga aku selamat dan sehat kembali. Alhamdulillah ... Pengalaman melahirkan tiga kali dengan berbagai prosesnya yang luar biasa aku telah tuliskan di sini.

Ah ... Tetiba sambil menarikan jemari di atas keyboard laptop ini, aku tak bisa melupakan pemijat yang setia meluruskan urat dan mengendurkan ototku saat pegal dan capek. Dia menolongku karena memang ingin menolong. 

Upah pun tak ditetapkan, terserah saja kepadaku hendak memberi berapa? Masyaallah ... Baik budinya, terlebih di balik kerja kerasnya, dia harus menghidupi cucu dan cicitnya juga yang tak berayah.

Hamparan sawah di desa Panjatan Wates Yogyakarta. Dokumen pribadi.
Hamparan sawah di desa Panjatan Wates Yogyakarta. Dokumen pribadi.

Kebun sayur di dataran tinggi Bandung. Dokumen pribadi.
Kebun sayur di dataran tinggi Bandung. Dokumen pribadi.

Duh ... Malu rasanya bila telah terbentang betapa sangat melimpah pertolongan orang lain kepada diri ini. Lalu ... Aku hanya berdiam diri saja! Sungguh keterlaluan, bukan? Apa guna Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Pemurah memberikan tangan dan kaki kepadaku ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun