Kemarin aku berjalan santai di trotoar koridor Sudirman dan berjumpa dengan petugas kebersihan berbaju orange. Jalanan disapu dan dibersihkan dari sampah. Dia bekerja dengan tekun untuk kenyamanan warga DKI Jakarta yang melintas di sana. Waktu aku sapa, dia tersenyum lebar.Â
Begitupun ketika aku ucapkan terima kasih kepada petugas di halte Transjakarta  (PGC Cililitan, Harmoni, dan Senayan) mereka tampah senang. Waaahhh ... Alangkah senangnya bisa berbagi bahagia hari itu.Â
Begitulah sejatinya manusia ... Sekali lagi tak akan bisa hidup tanpa pertolongan orang lain. Ketika aku sakit, juga saat anak-anak dan suami harus dirawat di rumah sakit. Pertolongan dokter dan para perawat sangatlah terasa. Mereka menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.Â
Tentu juga karena telah berjanji di hadapan Tuhan untuk berbuat kebaikan, membantu menolong orang yang membutuhkan. Sebisa mungkin upaya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa yang terancam. Saat aku melahirkan, bertaruh nyawa. Dokter dan perawat menolongku hingga aku selamat dan sehat kembali. Alhamdulillah ... Pengalaman melahirkan tiga kali dengan berbagai prosesnya yang luar biasa aku telah tuliskan di sini.
Ah ... Tetiba sambil menarikan jemari di atas keyboard laptop ini, aku tak bisa melupakan pemijat yang setia meluruskan urat dan mengendurkan ototku saat pegal dan capek. Dia menolongku karena memang ingin menolong.Â
Upah pun tak ditetapkan, terserah saja kepadaku hendak memberi berapa? Masyaallah ... Baik budinya, terlebih di balik kerja kerasnya, dia harus menghidupi cucu dan cicitnya juga yang tak berayah.
Duh ... Malu rasanya bila telah terbentang betapa sangat melimpah pertolongan orang lain kepada diri ini. Lalu ... Aku hanya berdiam diri saja! Sungguh keterlaluan, bukan? Apa guna Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Pemurah memberikan tangan dan kaki kepadaku ?Â