Membaca dunia dengan kuasa Tuhan, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ketika wahtu pertama turun di Gua Hira, Jibril memerintahkan Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam untuk iqra', membaca. Tentu perintah ini menimbulkan tanda tanya, apakah yang dimaksud Jibril dengan kata iqra'?Â
Jibril datang tidak memerintahkan Nabi membaca suatu teks yang sudah tersedia. Namun, Jibril menyuruh Nabi untuk mengungkapkan hakikat kebenaran dari kesimpulan-kesimpulan yang sudah didapatkan.
Perintah Membaca
Perintah membaca di sini bukan berarti membaca lembaran uang dibawa Jibril. Konteks membaca dunia mikrokosmos dan makrokosmos dan menuntut kapasitas yang luar biasa. Ini adalah perintah membaca fakta-fakta kehidupan dalam kedua kosmos tersebut.
Dalam ilmu psikologi, ada istilah persepsi. Setiap orang melihat dunia ini lewat persepsinya masing-masing. Misalnya, seorang ekonom akan melihat satu stel pakaian dari nilai ekonominya.Â
Akan tetapi, seorang fisikawan mungkin akan meninjau ataom-atom penyusun setiap serat kain yang digunakan untuk pakaian tersebut. Persepsi itu sangat terbatas.
Rasululah yang telah diberikan kelebihan di atas manusia biasa, telah diberikan hikmah oleh Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana bahwa Beliau hanya bisa membaca dengan bismi rabbika al-lazi khalaqa (dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan).Â
Hanya dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah saja Rasulullah bisa membaca. Mulia di sini menunjukkan keagungan dari pengetahuan. Rasulullah dibimbing untuk membaca dengan nama Allah Yang Maha Mulia yang merupakan sumber pengetahuan.
Membaca untuk Bertanggung Jawab
Setiap orang bisa saja membaca objek yang sama. Namun, yang membedakan adalah kualitas pembacaannya. Kualitas pembacaan juga ditandai dengan kedalaman atau kejauhan pandangan. Dengan hanya sedikit indikator atau tanda, seharusnya setiap Muslim mampu membaca jauh melebihi apa yang dilihatnya.
Mampukah kita misalnya, membaca laut pada kedalaman 10 kilometer? Bagaimana kita bisa membaca benda-benda langit? Pemahaman iqra' dalam arti luas berkaitan juga dengan sistem penyimpanan atau memori, dan cara pemanfaatan memori tersebut.Â
Kebetulan akhir pekan lalu, anakku bungsu, Teteh harus meng-upgrade telepon genggamnya (HP) karena kapasitas memori di HP lamanya sudah tidak mencukupi lagi untuk kebutuhan kegiatan belajarnya. HP baru ini telah memiliki memori internal 256 GB dan RAM 8 GB.Â
Saat masa belajar secara daring, Teteh juga harus menggunakan komputer jinjing (laptop) dengan spesifikasi tertentu yang mampu menunjang kegiatan halaqah tahfizh Al-Qur'an setiap hari sejak ba'da shalat subuh hingga menjelan waktu dzuhur. Dilanjutkan kembali dengan kegiatan KBM Diknas hingga pukul 15.00 WiB. Lalu kembali halaqah tahfizh Al-Qur'an selepas shalat maghrib hingga waktu isya tiba.Â
Alhamdulillah ... Teteh telah selesai menyetorkan ziyadah hafalan 30 juz Al-Qur'an saat kelas 8 semester ganjil. Sekarang Teteh sedang mengikuti program itqon dan tasmi semoga dimampukan oleh Allah Yang Maha Baik lagi Maha Pemberi Karunia agar bisa menjadi hafizhah mutqin mutaqin, aamiin ... Liputan lengkapnya ada di sini.
Layaknya komputer, hidup kita adalah rangkaian input-process-output. Hanya saja, manusia memiliki alat yang berbeda, ada mata, tangan, telinga, dan anggota tubuh lainnya. Setiap orang bisa saja membaca objek yang sama. Namun, yang membedakan adalah kualitas pembacaannya.
Dalam hidup kita. membaca sering menjadi sia-sia karena kita menyimpan banyak data yang tidak perlu. Pembacaan yang berkualitas perlu penyimpanan secara efisien.Â
Kita perlu upaya menyimpan data secara sistematis. Karena yang paling penting dilakukan setelah menyimpan adalah mencari. Bila pembacaan yang berkualits tersebut dilakukan, kita akan mampu mengambil tindakan dan tanggung jawab yang efisien dalam satu waktu akan banyak hal yang bisa kita lakukan.
Menurut Tafsir Salman (Tafsir Ilmiah Atas Juz'Amma), pembaca yang ideal adalah yang mendudukkan aspek spiritual sebagai sang raja. Alah menjadi pembantu/asistennya, sedangkan emosi adalah petugas pencarinya. Emosi juga penting karena tanpanya kita tidak akan bergerak ke mana-mana. Yang tidak boleh adalah menjadikan emosi sebagai raja.Â
Sebagaimana Allah berfirman, "Maka, apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS. Al-Hajj 22:46).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H