Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Senja Syahdu di Masjid Nabawi

6 April 2021   12:36 Diperbarui: 7 April 2021   08:34 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat jingga di palataran masjid Nabawi (dewilailypurnamasair.wordpress.com)

Aku dan Teteh, saat di masjid Nabawi qadarullah tidak sempat masuk ke raudhah. Namun kami sempat berkeliling seluruh area pelataran masjid di sisi luar. Kami melewati gerbang depan, ke arah pemakaman baqi, lalu area belakang dan sisi sejajar gate 7. Apa sebab kami tidak sempat ke raudah ? Selain harus mengantri di jam tertentu, ternyata Teteh beberapa kali selepas shalat subuh bila harus menanti masuk raudhah badannya tidak fit. Lapar dan mengantuk sepertinya. Total waktu mengantri juga hingga 2 jam. Teteh belum mampu. Sedang siang hari ba'da shalat dzuhur juga butuh istirahat, dan selepas shalat isya, Teteh juga kepingin segera tidur. Beruntunglah suamiku yang lebih leluasa untuk bisa shalat di dekat pintu masuk raudhah. Dia berkali-kali berhasil menuju ke sana. 

Senja hari menanti kumandang adzan shalat maghrib adalah waktu yang mempesona. Langit Madinah tampak indah. Pernah aku dan Teteh sengaja shalat di pelataran masjid Nabawi, karena melihat begitu banyak ibu-ibu dengan balita dan anak seumuran Teteh juga shalat di pelataran. Ramai ... Balita berceloteh dan sesekali menangis. Anak-anak berlarian, bercanda, tertawa sambil mengunyah cemilan. Ada air tumpah, yoghurt berceceran, remahan kue, dan biji kurma terserak. 

Aaahhh ... Suasana dan sisi lain ibadah. Ibu-ibu ini mungkin tidak khusyuk ketika shalat. Namun ... Pastilah Allah tetap memberikan pahala terbaik-Nya. Mereka bersusah payah menenangkan bayi yang menjerit-jerit. Akhirnya jurus maut dikeluarkan. Bayi itupun tenang bahkan tertidur ... Ya, ibu itu memberikan ASI kepada bayinya padahal takbiratul ihram telah terdengar dari pengeras suara. Allahu Akbar ...

Ada lagi ibu di depanku harus shalat sambil menggendong balitanya yang merengek dan menarik-narik jilbab panjangnya. Berdiri, ruku, i'tidal, duduk di antara dua sujud dan tahiyat pun balitanya tetap gelendotan manja. Aku jadi kurang khuyuk melihat seorang ibu membatalkan shalatnya karena mengejar anaknya yang berlari ke arah luar area shalat perempuan. Subhanallah ...

Indahnya kehebohan itu tak dialami oleh bapak-bapak bukan ?

...

Masjid Nabawi menyimpan kisah, betapa mulianya Nabi Muhammad SAW bersikap terhadap perempuan dan anak-anak. Saat shalat Rasulullah SAW mempercepat shalatnya dengan memperpendek bacaan bacaan ayat-ayat Al Quran. Sahabat bertanya, ada apakah gerangan ? Ternyata Beliau mendengar tangis bayi. Masya Allah ... Shalat dipercepat karena memberikan kelonggaran waktu agar si ibu bisa segera menenangkan bayinya.

Banyak kisah mulia lainnya, betapa Rasulullah SAW dengan akhlaknya yang sangat mulia, memperlakukan dengan baik perempuan dan anak-anak. Menghormatinya dan memberikan ruang untuk bisa bermanfaat bagi sesama. Akan aku ceritakan kisah Rasulullah SAW mendudukkan Fatimah, anak perempuan kesayangannya dipangkuannya di dalam majelis terhormat, di antara para sahabat. Itu untuk meruntuhkan stigma bahwa memiliki anak perempuan adalah aib, begitu adat jahiliyah berurat akar di kalangan Quraisy dan banyak tempat di dunia. Bahkan di kerajaan Romawi dan Persia pun perempuan ditempatkan sangat rendah. Islam menjadi jalan bagi perempuan untuk kembali menduduki posisi terhormat.

...

Senja terakhir di Madinah, aku dan Teteh menikmatinya dengan sepenuh rasa syukur. Semoga kelak dilain waktu, Allah perkenankan kami kembali ke sana. Aamiin ya Rabbal'alain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun