Mahasiswaku beragam etnis dan latar agama. Mereka jadi tahu bahwa berkehidupan sosial harus saling menghargai. Begitu juga bertetangga dengan beragam suku dan agama berjalan harmonis.Â
Walau keluarga kami tak pernah mengucapkan selamat hari raya mereka, tapi sejauh ini kehidupan bertetangga kami baik-baik saja. Saling tolong menolong dalam menjaga keamanan dan kebersihan juga ketertiban lingkungan. Itulah belajar toleransi yang sesungguhnya.
Bahagia belajar juga harus dicontohkan. Orangtualah teladan utamanya. Jangan hanya cakap di mulut saja. Tapi lakukan! Seperti gemar atau cinta membaca.Â
Ya ... Orangtua harus terlebih dahulu cinta membaca. Berikan anak-anak buku-buku bacaaan yang bagus. Investasikan dana khusus untuk membeli buku. Lalu pajang buku-buku agar mudah dijangkau anak. Nah ... Anak-anak akan tertarik untuk belajar mandiri -independent learner. Di negara seperti Singapura juga Finlandia.Â
Ada hari-hari dimana anak-anak harus belajar dari rumah. Mereka dipacu dan dipicu untuk menjadi pembelajar sejati. Belajar mandiri dengan bahagia belajar tentunya.
Begitupun yang anak-anakku alami saat masuk boarding school atau pesantren. Aku pilihkan sekolah berasrama yang banyak menerapkan pembelajaran mandiri.Â
Dengan belajar di luar ruang, praktikum, kemping, study tour atau kunjungan ilmiah sesuai tema belajar. Anak-anak diberi fasilitas untuk mengembangkan kepemimpinannya dengan beragam kegiatan olahraga dan organisasi.Â
Bahkan mereka dilatih menjadi volunter kegiatan sosial di daerah minus, seperti pemukinan pemulung dan desa terpencil.
Oke saat ini situasinya beda kan ? Belajar dari rumah atau PJJ bisa juga disebut belajar daring. Menurut pendapatku tetap saja utamakan bahagia belajar.Â
Yuk! Simak persiapan menuju hari pertama pesantren dari rumah di semester genap tahun ajaran 2020/2021 ala Teteh Maryam Aliyya Al Kindi. Oya ... Teteh sekolah di SMP Quran Al Ihsan Kebagusan Jakarta.