Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Negara Ini Butuh Entrepreneur Bukan Calo

18 Oktober 2020   20:06 Diperbarui: 19 Oktober 2020   03:38 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa sebagai calon pengusaha masa depan 

Negara miskin sumber daya alam, namun maju ekonominya. Mengapa ? Ya ... Sebab mereka sadar dan berusaha mengelolanya dengan baik dan benar. Indonesia dikaruniai oleh Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa potensi alam yang melimpah ruah. Namun ... Bukan jaminan, negara dan bangsa ini bisa maju. Jikalau warganegara tidak mampu mengolahnya. 

Siapa yang bisa mengolah kekayaan alam itu ? Dialah seorang entrepreneur. Profesi ini terletak pada kemampuannya memberikan nilai tambah pada produk. 

Entrepreneur adalah yang mampu menciptakan nilai tambah (add value) di pasar melalui pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda sehingga dapat bersaing. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, untuk mendapatkan keuntungan eksponensial.

Lalu ... Apa bedanya dengan calo ? Pengusaha bermental calo hanya berkepentingan menjual semua sumber daya alam, tanpa memikirkan sejauhmana memiliki dampak kelanjutan -yang penting untung dan bisa balik modal cepat. 

Mental calo merusak ekonomi. Cukup! Indonesia telah cukup melahirkan pengusaha bermental calo yang giat menjual kekayaan sumber daya alam ke negara-negara lain di dunia dalam bentuk raw material. 

Negara harus lebih banyak lagi menciptakan, mendorong, sekaligus juga memfasilitasi para pelaku usaha yang memiliki tanggungjawab untuk menjual sekaligus juga mengolahnya. Sehingga memiliki nilai tambah bagi peningkatan kekayaan negara pada satu sisi dan kesejahteraan sosial masyarakat di lingkungannya.

Wabah pandemi Covid-19, resesi eknomi dunia, dan masalah penurunan kualitas lingkungan (seperti pemanasan global) membuat dunia juga ekonomi berada dalam ketidakpastian. 

Apa yang diharapkan dengan ketidakpastian ekonomi ini ? YES (Young Entrepreneur Summit) yang digagas oleh Kamrussamad dalam buku -The Entrepreneur Virus menyampaikan hasil penelitian bahwa entrepreneur adalah profesi yang mampu berdamai dengan ketidakpastian.

Lima alasan berikut :

1. Entrepreneur terbiasa dengan ketidakpastian, karena tidak melihat adanya pilihan alternatif selain mengembangkan bisnisnya.

2. Entrepreneur mampu mengatasi ketidakpastian karena yakin dengan mimpi dan cita-citanya.

3. Entrepreneur merayakan ketidakpastian karena memang antusias menerimanya.

4. Entrepreneur menghadapi ketidakpastian lebih pragmatis dan fleksibel. Mereka juga yakin dan terobsesi mengatasi semua yang dimimpikan dan lebih realistis.

5. Entrepreneur menggunakan jaringannya untuk mengatasi ketidakpastian. Tidak tumbuh sendirian, tapi berjejaring dengan rekan, keluarga, dan kolega bisnis.

Dengan lima hal di atas, maka entrepreneur adalah jawaban terhadap situasi ekonomi nasional dan global yang berlaku dengan penuh ketidakpastian. Profesi inilah yang akan mampu menjawab ketidakpastian global dengan kepastian pertumbuhan ekonomi yang mandiri.

Saya mengajar di kelas Manajemen Bisnis ... Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengantar Bisnis dan Entrepreneurship akan saya berikan tujuh pertanyaan ini :

1. Apa keterampilan anda ?

2. Apa passion anda ?

3. Dimana keahlian anda ?

4. Berapa modal yang anda butuhkan ?

5. Berapa duit yang bisa anda keluarkan, ketika bisnis anda gagal ?

6. Gaya hidup seperti apa yang anda ingin jalani ?

7. Apakah anda siap jadi entrepreneur ?

Jawabannya beragam. Biasa mereka akan senyum-senyum kecut saat membahas modal. Atau ketika berdiskusi tentang bisnis itu bisa sukses juga bisa gagal. Biasanya tidak siap dengan kegagalan. Tentu menjadi pengusaha sukses tak semudah membalik telapak tangan. 

Gagasan YES adalah inisiatif mendorong lahirnya entrepreneur dari kalangan generasi muda. Fokus gerakannya terdiri dari : sharing pengetahuan, memberikan dorongan (supporting), membangun jaringan (networking), mentoring bisnis, temu bisnis, dan mempertemukan calon investor / pemodal.

Sandiaga Uno mengatakan, "Suatu negara dengan kekayaan sumber daya alamnya, bila tidak mampu dimanfaatkan untuk mendorong menjadi alat pertumbuhan ekonomi, maka akan berubah menjadi kutukan sumber daya alam (the resource curse)". 

Negara-negara maju bukan karena mengandalkan sumber daya alamnya, melainkan pada faktor entrepreneurship yang dicirikan pada karakter penduduknya yang semangat, kerja keras, kreativitas, dan pantang menyerah. Indonesia perlu mereorientasi pembangunannya ke arah itu. 

Maka benar dan sepakat dengan Bang Sandi ... Bahwa arah baru ekonomi Indonesia mendatang adalah entrepreneur. Mewujudkan sebanyak-banyaknya pelaku usaha atau entrepreneur. Kelompok inilah yang akan menjadi lokomotif, penarik gerbong pertumbuhan ekonomi nasional kini dan dimasa mendatang.

Indonesia memiliki tantangan membangkitkan minat kaum muda menjadi entrepreneur yang masih relatif rendah. Salah satu sebabnya karena sistem pendidikan yang kurang mendukung iklim usaha. Sangat disayangkan bukan ? Generasi muda yang terjun ke dunia entrepreneur rupanya masih mengidap sindrom mental ingin cepat kaya dan rendah inovasi.

Kampus tempat saya mengajar adalah Universitas CIC Cirebon. Berada di sebuah kota ujung timur provinsi Jawa Barat, menjadikan Cirebon sebagai jalur perlintasan perdagangan utama di pulau Jawa. Pun era masa lalu pelabuhan Cirebon terkenal sebagai pelabuhan yang sibuk dengan perdagangan antar negara. Tak heran bila kota Cirebon menyebutkan dirinya sebagai kota perdagangan dan jasa.

Mahasiswa sebagai calon pengusaha masa depan 
Mahasiswa sebagai calon pengusaha masa depan 

Rektor Universitas CIC Cirebon, Chandra Lukita diberbagai kesempatan sering mengungkapkan gagasan tentang pentingnya mahasiswa dibekali dengan wawasan, keterampilan, dan keahlian entrepreneurship. Juga memberikan motivasi agar generasi muda memiliki cita-cita menjadi pengusaha. 

Perguruan tinggi juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah entrepreneurship dari pengantar sampai lanjutan. Jejaring bisnis juga diupayakan dengan menempatkan mahasiswa untuk magang di dunia bisnis. Tak kalah penting adalah bekal kemampuan teknologi informasi. 

Rektor Universitas CIC Cirebon didampingi Kaprodi Manajemen Bisnis dan dosen senior entrepreneurship
Rektor Universitas CIC Cirebon didampingi Kaprodi Manajemen Bisnis dan dosen senior entrepreneurship

Kaprodi Manajemen Bisnis Amroni dan dosen senior entrepreneurship Sudadi Pranata memberikan arahan kepada mahasiswa agar terus berusaha menggapai cita-cita sebagai pengusaha. 

Dari kuisioner yang saya berikan kepada mahasiswa hampir 75% mahasiswa yang mengambil jurusan manajemen bisnis bercita-cita menjadi pengusaha. Alhamdulillah ... Semoga cita-cita mereka dapat terwujud dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi kota Cirebon juga Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun