Pagi ini suamiku berangkat dinas menuju Kota Palembang. Penerbangan paling pagi dengan pesawat Batik ternyata delay hingga pukul 08.00 WIB. Di masa wabah pandemi Covid-19 memang cukup merepotkan jika hendak bepergian terutama jika menggunakan kendaraan umum. Kemarin suami menjalani rapid tes dengan hasil non reaktif, Alhamdulillah.
Kota Palembang berdasarkan data di wikipedia adalah kota tertua di Indonesia. Prasasti Kedukan Bukit bertanda tahun 683 Masehi yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang menjadi bukti klaim tersebut.Â
Aku dan anakku Maryam Aliyya Al Kindi (biasa disapa Teteh) juga sangat senang bisa menjejakkan kaki di Kota Palembang 3 tahun lalu.
Selama tiga hari menikmati Kota Palembang rasanya belum cukup. Hari pertama kami bersilaturahim dan menikmati malam bulan purnama di jembatan Ampera yang membentang lebih dari 1.000 meter di atas sungai Musi.Â
Makan malam yang nikmat. Menu ikan laut, udang, dan cumi-cumi kesukaan Teteh. Angin semilir dan gemericik air sungai menemani malam yang hangat.Â
Lampu silah berganti warna di jembatan Ampera menambah suasan romantis. Sesekali bulan purnama bersembunyi di balik awan ... lalu mengintip genit memancarkan cahaya putih cemerlang. Masya Allah indah sekali.
Pagi hari selepas sarapan di hotel, Aku dan Teteh kembali ke tepian sungai Musi. Panjang sungai ini 750 km, membelah kota Palembang menjadi dua bagian.Â
Sungai terpanjang di pulau Sumatera ini memiliki sejarah panjang dan berpengaruh terhadap perkembangan kerajaan Sriwijaya hingga negara Indonesia sekarang. Â Di tepi sungai Musi banyak perahu motor yang biasa digunakan oleh wisatawan untuk berlayar menyusuri sungai. Baik jarak dekat ataupun hingga jauh menuju Pulau Kamaro yang unik.
Aku memilih menyewa perahu secara privat. Ya! Berdua saja dengan Teteh menyusuri sungai Musi menuju pulau Kamaro. Seru ... Sepanjang perjalanan banyak kapal besar baik yang mengangkut belerang, minyak bumi, atau barang produksi lainnya. Ada juga perahu nelayan kecil sepertinya sedang memancing ikan.Â
Sekitar satu jam sampailah di pulau Kamaro. Ada bangunan Klenteng Hok Tjing Rio dan legenda tentang harta berupa emas permata yang dibuang ke sungai Musi. Bangunan dengan arsitektur khas negeri Tiongkok yang berpadu dengan kebudayaan lokal sangat mencolok berada di delta sungai Musi.Â
Warna merah cerah, kuning keemasan dengan sedikit hijau menjadi latar yang menarik untuk berfoto. Rimbunnya pepohonan juga membuat betah berlama-lama menikmati suasana sambil menyeruput air kepala muda yang segar.
Hari ketiga selepas subuh, Aku dan Teteh harus sudah kembali ke Jakarta. Semoga lain waktu bisa kembali menikmati kota Palembang dan kota-kota lainnya di Sumatera Selatan. Insya Allah ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI