Sungai terpanjang di pulau Sumatera ini memiliki sejarah panjang dan berpengaruh terhadap perkembangan kerajaan Sriwijaya hingga negara Indonesia sekarang. Â Di tepi sungai Musi banyak perahu motor yang biasa digunakan oleh wisatawan untuk berlayar menyusuri sungai. Baik jarak dekat ataupun hingga jauh menuju Pulau Kamaro yang unik.
Aku memilih menyewa perahu secara privat. Ya! Berdua saja dengan Teteh menyusuri sungai Musi menuju pulau Kamaro. Seru ... Sepanjang perjalanan banyak kapal besar baik yang mengangkut belerang, minyak bumi, atau barang produksi lainnya. Ada juga perahu nelayan kecil sepertinya sedang memancing ikan.Â
Sekitar satu jam sampailah di pulau Kamaro. Ada bangunan Klenteng Hok Tjing Rio dan legenda tentang harta berupa emas permata yang dibuang ke sungai Musi. Bangunan dengan arsitektur khas negeri Tiongkok yang berpadu dengan kebudayaan lokal sangat mencolok berada di delta sungai Musi.Â
Warna merah cerah, kuning keemasan dengan sedikit hijau menjadi latar yang menarik untuk berfoto. Rimbunnya pepohonan juga membuat betah berlama-lama menikmati suasana sambil menyeruput air kepala muda yang segar.
Menjelang tengah hari, kami kembali ke kota Palembang untuk melanjutkan silaturahim dan berkunjung ke Museum Al Quran. Makan siang kali ini kami mencicipi sop ikan gabus, pempek dan es kacang merah yang maaaknyuuus. Sore hari tak lupa belanja oleh-oleh. Kain tenun berupa sarung dan selendang menjadi oleh-oleh cantik nih. Tak lupa pempek pastinya sebagai makanan khas Palembang harus ditenteng sebagai oleh-oleh. Waaahhhh ... bagasi bertambah dong! Ha3 ... Begitulah kalau emak piknik ya ...Â