Mohon tunggu...
Dewi Krisna
Dewi Krisna Mohon Tunggu... Freelancer - Happy House Wife

"You can learn from your competitor, but Do not copy, Copy & You Die" (Jack Ma)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Desa Inklusi

31 Oktober 2018   16:33 Diperbarui: 31 Oktober 2018   16:53 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pri / Talent : Riana Dewie/ menikmati kopi racikan barista

Acaranya apa saja sih kak?

Acara disana ada bazzar yang mengagumkan, dari kreasi anak-anak SLB seluruh Gunung Kidul. Kemudian ada juga sesi sharing, yang saya tangkap dari sesi sharing ini adalah mengenai keluhan para inklusi untuk meningkatkan ekono mi mereka.

"Sebenarnya untuk peraturan Gubernur tidak perlu kita risaukan, untuk saat ini Perdes yang ada cukup melindungi para inklusif, yang menjadi pertanyaan saya, apakah akan ada strategy pengembangan seperti marketing bagaimana menjual produk, dan sebagainya kepada para inklusif. Sebab pelatihan sekarang sudah cukup banyak namun cara mengembangkannya kadang tanpa binaan.",ujar Mahmud dari IRE Jogjakarta menegaskan.

Dok. Pri
Dok. Pri
Well, dari pernyataan Mahmud ini, kita bisa menelisih bahwa kebutuhan para inklusif tak hanya mengenai support pelatihan saja, tapi strategi cara pengembangan usaha pun penting bagi mereka untuk meningkatkan ekonomi mereka. Hal ini merupakan sentilan tajam bagi pegiat inklusif, masyarakat serta pemerintah untuk lebih menggali mengenai apa yang dibutuhkan, bukan sekedar program semata.

Ini sedikit cerita dari Saya di post 1, sayangnya kami tidak ditugaskan untuk keliling post lainnya, banyak kegiatan menarik lainnya, seperti memahami budaya, memahami gestures para tuna wicara, dan masih banyak lagi. Yang pasti, masyarakat, pemerintah mulai tergugah, untuk merubah mental social, menjauhkan diskriminasi Membentuk Gerakan Indonesia Bersatu merubah mindset (Revolusi Mental) masyarakat untuk dapat berkolaborasi dg Para difable  membangun Desa Inklusi tanpa diskriminasi bahkan soal tugas /pekerjaan. hmmm kalau seperti ini saya yakin Indonesia akan cepat maju tanpa ada diskriminasi apapun. Bhineka Tunggal Ika tak melulu hanya soal budaya, ras, suku saja bukan? 

Kami mulai lelah, perlahan kami mulai menilik sekitar kami untuk sekedar mencari pelepas dahaga dibalik teriknya cuaca kala itu.

Sore hari sebelum kami bergegas pulang, hari kami ditutup dengan "brewing" , menikmati racikan bermacam-macam kopi dari mulai Kopi Toraja, Robusta, Arabica dan beberapa jenis kopi lain.

Kami mengantri untuk dapat menikmati racikan kopi nikmat dan uniknya admin serta barista di cafe kopi kali ini adalah para inklusif, mereka menunjukkan kebolehannya meracik kopi.

Dok. Pri / Talent : Riana Dewie/ menikmati kopi racikan barista
Dok. Pri / Talent : Riana Dewie/ menikmati kopi racikan barista
Barista disabilitas bernama Eko Sugeng menunjukkan kebolehannya meracik kopi istimewa.Dia membangun kepercayaan dirinya untuk menjadikan kekurangannya menjadi kelebihan dengan adaptasi yang tak biasa. Keadaan ini seolah memberi tamparan keras bagi semangat kami, untuk lebih giat lagi dan tidak mengeluh.

Dok.Pri/ Barista bernama Eko (bertopi)memperlihatkan kepiawaiannya meracik kopi
Dok.Pri/ Barista bernama Eko (bertopi)memperlihatkan kepiawaiannya meracik kopi
Dalam senyum mereka, tersirat makna bahwa keterbatasan bukan akhir untuk terpuruk, tapi keterbatasan merupakan anugerah untuk dapat mengexplore diri lebih baik lagi.

Luar.. biasaaa.!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun