Acaranya apa saja sih kak?
Acara disana ada bazzar yang mengagumkan, dari kreasi anak-anak SLB seluruh Gunung Kidul. Kemudian ada juga sesi sharing, yang saya tangkap dari sesi sharing ini adalah mengenai keluhan para inklusi untuk meningkatkan ekono mi mereka.
"Sebenarnya untuk peraturan Gubernur tidak perlu kita risaukan, untuk saat ini Perdes yang ada cukup melindungi para inklusif, yang menjadi pertanyaan saya, apakah akan ada strategy pengembangan seperti marketing bagaimana menjual produk, dan sebagainya kepada para inklusif. Sebab pelatihan sekarang sudah cukup banyak namun cara mengembangkannya kadang tanpa binaan.",ujar Mahmud dari IRE Jogjakarta menegaskan.
Ini sedikit cerita dari Saya di post 1, sayangnya kami tidak ditugaskan untuk keliling post lainnya, banyak kegiatan menarik lainnya, seperti memahami budaya, memahami gestures para tuna wicara, dan masih banyak lagi. Yang pasti, masyarakat, pemerintah mulai tergugah, untuk merubah mental social, menjauhkan diskriminasi Membentuk Gerakan Indonesia Bersatu merubah mindset (Revolusi Mental) masyarakat untuk dapat berkolaborasi dg Para difable  membangun Desa Inklusi tanpa diskriminasi bahkan soal tugas /pekerjaan. hmmm kalau seperti ini saya yakin Indonesia akan cepat maju tanpa ada diskriminasi apapun. Bhineka Tunggal Ika tak melulu hanya soal budaya, ras, suku saja bukan?Â
Kami mulai lelah, perlahan kami mulai menilik sekitar kami untuk sekedar mencari pelepas dahaga dibalik teriknya cuaca kala itu.
Sore hari sebelum kami bergegas pulang, hari kami ditutup dengan "brewing" , menikmati racikan bermacam-macam kopi dari mulai Kopi Toraja, Robusta, Arabica dan beberapa jenis kopi lain.
Kami mengantri untuk dapat menikmati racikan kopi nikmat dan uniknya admin serta barista di cafe kopi kali ini adalah para inklusif, mereka menunjukkan kebolehannya meracik kopi.
Luar.. biasaaa.!!!