"Jika kelapa mau berbuah banyak, kanthilnya harus diambilin",ujarnya.
So, untuk membuat kain yang elok pisahkan benang-benangnya supaya mudah menenunnya.
Demikian pula ilmu, Angtek Khun yang akrab disapa Kokoh ini, mengungkapkan menulis feature secara teoritis, saya menyimpulkan beberapa hal dipadu dengan kentalnya "kalimat dongeng" mbak Windy yang berbobot...ini hasil saya menyerapnya lho ya....hehee tapi saya mah bukan ahli.
Empaty, naluri
"Antara fiksi dan non fiksi kuat mana? kalau kamu kuat di non fiksi baca fiksi begitupun sebaliknya",ujar pria berkacamata ini.
"Saya pernah kebingungan memberikan makna terhadap sesuatu foto yang tidak pernah saya tayangkan dimanapun karena kala itu naluri saya tidak sampai hati untuk mengexposenya, bagaimana saya mau mengexpose ke orang lain jika hal tersebut belum tuntas di saya, ketika ada keraguan dalam benak saya maka itu adalah alarm bagi saya", mbak Windy menegaskan.
Output dalam pikiran saya, tulisan memiliki "ruh" nya masing-masing, bagaimana pun bentuk tulisannya, ketika kita menggunakan empati dan nurani saat menulis maka kita memberikan "nyawa".
Data itu penting dengan interaksi untuk membentuk koneksi
Walaupun soal rasa, namun kita tetap membutuhkan data untuk menulis. Mengambil data sebanyak-banyaknya bukan hal yang salah, ketika nantinya dilakukan "filter".