DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
       BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Model Pembelajaran
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Model Pembelajaran
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Macam-macam Model Pembelajaran
 BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
        DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang di kelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncullah permasalahan-permasalahan, yaitu :
1. Sebutkan pengertian model pembelajaran?
2. Sebutkan hakikat dari belajar dan pembelajaran
3. Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
4. Sebutkan ciri-ciri model pembelajaran?
5. Sebutkan macam-macam model pembelajaran?
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran.
2. Mengetahui hakikat dari belajar dan pembelajaran.
3. Mengetahui dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran.
4. Mengetahui berbagai macam model-model pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Model Pembelajaran
Secara harfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah "kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar". Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan di capai)
Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan dengan berhasil;
Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).
 Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nivea (1999), suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal yaitu, (1) apakah model yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; (2) apakah terdapat konsistensi internal.
2. PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika, (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang di kembangkan dapat di terapkan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang di kembangkan tersebut dapat di terapkan.
3. EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nivea memberikan parameter sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut Habibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas di butuh kan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas di perlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang di kembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Bagi kita yang aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang memiliki high responsibility tinggi terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu mempertanyakan beberapa hal yang terkait langsung dengan dunia pendidikan, yaitu apa itu belajar, mengajar dan pembelajaran? Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang di kemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg & Kabut, 1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruksi) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme 'belajar' bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar darinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik di sengaja maupun tidak di sengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Apa hakikat mengajar? Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa (Subiyanto, 1988:30). Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik.
Apa pula yang dimaksud dengan pembelajaran? Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaktif berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membenarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah di tetapkan sebelumnya.
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
  a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
  b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
  c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
  a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
   b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
  c. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa.
  a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemenangan peserta didik?
  b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
  c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
  a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
  b. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan?
  c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
4. Memiliki bagian-bagian Model yang dinamakan:
   a. Urutan langkah-langkah pembelajaran (sentakan).
   b. Adanya prinsip-prinsip reaksi.
   c. Sistem sosial.
   d. Sistem pendukung.
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:
   a. Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
   b. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran kontekstual (intelektual teaching and learning)
a. Konsep dasar pembelajaran kontekstual
Pembelajar kontekstual (intelektual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
Sistem Clt adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
b. Prinsip pembelajaran kontekstual
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
Konstruktivisme (Conventions)
Konsumerisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam Clt, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Oleh karena itu, dalam Clt, strategi untuk membenarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3. Bertanya (Question)
Penerapan unsur bertanya dalam Clt harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan dengan baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktifitas pembelajaran.
4. Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari pada itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat dituntut menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Nurul hayati, (2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
1. Ketergantungan yang positif,
2. Pertanggungjawaban individual,
3. Kemampuan bersosialisasi,
4. Tatap muka,
5. Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1. Cooperative task atau tugas kerja sama.
2. Cooperative intensive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :
1. Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual.
2. Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif.
3. Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
B. Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM adalah :
a. Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b. Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c. Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d. Mengkomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,
2. Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data penting, dan mengelaborasi solusi.
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-langkah yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
C. Inti sari Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci, yaitu :
1. Membantu siswa mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H