Akhir-akhir ini ketika terjadi kecelakaan, kebakaran, maupun kejadian yang membutuhkan pertolongan lainnya — orang-orang sibuk melihat lalu mendokumentasikannya. Hal tersebut semakin parah ketika seseorang hanya melihat kejadian tersebut tanpa adanya empati untuk menolong korban – yang seharusnya membutuhkan pertolongan. Bahkan seseorang hanya ingin menjadi penonton yang langsung mendokumentasikan kejadian tersebut karena hanya ingin menjadi orang pertama yang menyebarkan peristiwa yang dapat menjadi perhatian publik. Sekarang perkembangan teknologi semakin canggih membuat seseorang dapat mengakses informasi dengan cepat. Dengan adanya akses internet yang cepat, seseorang ketika melihat peristiwa terjadi, mereka langsung mendokumentasikannya (merekam dan memotret) peristiwa tersebut dengan menggunakan ponselnya. Ketika peristiwa tersebut viral tersebar di berbagai kalangan, maka seorang yang mendokumentasikan merasa paling berharga karena telah menyebarkan peristiwa tersebut. Ketika video tersebut ditonton oleh banyak orang, ketika video tersebut tersebar di berbagai kalangan.Â
Masyarakat mempunyai kesenangan tersendiri ketika menjadi orang pertama dalam menyebarkan peristiwa yang menarik perhatian publik dan dapat membuat kecenderungan pula untuk menjadi orang pertama dalam mengabarkan peristiwa yang dapat menarik perhatian publik. Masyarakat cenderung ingin mengabarkan peristiwa terbaru yang dapat menarik perhatian publik karena masyarakat memiliki kesenangan tersendiri ketika peristiwa tersebut viral. Ketika peristiwa tersebut viral tersebar di berbagai kalangan, maka seorang yang mendokumentasikan merasa paling berharga karena telah menyebarkan peristiwa tersebut.
Mengapa masyarakat hanya senang melihat tanpa menolong? Apa alasan masyarakat mengabaikan orang yang membutuhkan pertolongan?
Dalam teori psikologi sosial, fenomena tersebut termasuk dalam The Bystander Effect. The Bystander Effect merupakan suatu keadaan ketika seseorang cenderung menolak untuk menolong, karena mengira/memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan memberikan bantuan. The Bystander Effect muncul karena pada tahun 1964, seorang wanita muda bernama Kitty Genovese dibunuh di Queens, New York. Ketika Kitty Genovese hendak pulang ke apartemennya setelah ia bekerja, ia ditikam dari belakang oleh seorang pria. Kitty Genovese menjerit meminta pertolongan namun tetangganya hanya saling melihat tanpa menolong bahkan tidak ada satupun yang menghubungi polisi hingga Kitty Genovese meninggal.Â
Â
Cognitive model Latane & Darley (1968) pasca pembunuhan Kitty GenoveseÂ
Berikut beberapa karakteristik keadaan darurat;
Melibatkan bahaya yang mengancam individu atau properti;Â
Kejadian yang jarang terjadi, terutama pada orang awam;Â
Memiliki variasi yang luas, misalnya kebakaran hutan dan perampokan;Â
Tidak diduga sehingga rencana pencegahan tentunya nihil;Â
Membutuhkan tindakan cepat, pilihan-pilihan yang menyenangkan biasanya tidak tersedia.
Menurut Latane dan Darley, seseorang menjadi bystander karena apatisme (ketidakpedulian atas masalah atau musibah yang menimpa orang lain). Dalam kasus Kitty Genovese, Latane dan Darley menemukan variabel lain yang cukup berpengaruh terhadap bystander effect, yaitu jumlah saksi. Semakin banyak yang menyaksikan suatu kejadian, maka bystander effect akan semakin tinggi (kecepatan munculnya perilaku menolong akan melambat).
Menurut teori psikologi sosial, variabel yang berpengaruh terhadap bystander effect yaitu Diffusion of responsibility. Diffusion of responsibility menunjukkan fakta bahwa ketika jumlah pengamat meningkat, maka tanggung jawab individu yang dirasakan oleh pengamat ini berkurang. Akibatnya, kecenderungan untuk menolong menjadi berkurang. Asumsi ini dipertahankan individu bahwa orang lain akan berinisiatif untuk mengambil tanggung jawab untuk menolong korban. Masyarakat berekspektasi bahwa nanti akan ada polisi (pihak berwajib lainnya) untuk menolong korban. Seharusnya masyarakat segera menolong korban yang membutuhkan pertolongan tanpa menunggu orang lain. Alangkah baiknya masyarakat menjadi orang pertama yang memiliki rasa empati yang tinggi dan berinisiatif untuk menolong ketika orang lain membutuhkan pertolongan. Perbuatan baik akan mendapatkan perlakuan baik pula di waktu yang tidak disengaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H