"Memangnya kamu kemana selama seminggu ini?"tanyaku
      "Ada deh, mau tahu aja" katanya, aku merasa ini bukan Ralina sahabatku, tapi ini orang lain.
Ku perhatika Ralina saat itu, dia yang dulu pemalu kini sangat percaya diri di hadapan teman-teman cowok. Apa mungkin alasan dia berubah penampilan adalah jatuh cinta. Ah, cinta, masa iya bisa merubah orang 190 derajat.
Hari ini ada kerja kelompok, menyelesaikan tugas sekolah. Kita menyeselesaikan di salah satu rumah teman. Tugas kita belum juga selesai hingga menjelang malam, tba-tiba saja Raline sakit kepala dan pingsan kita semua panik. Aku dan teman lain nya mengantarkan dia pulang ke kos nya, aku menjaga Ralina di kamar kos nya. kamar kos nya aneh, gelap dan tercium wewangian bunga.
Ibu kos mengetuk pintu, dan memberi teh hangat. Setelah itu buru-buru keluar. Mungkin tidak tahan dengan bau kamar Ralina yang aneh. Tidak hanya itu di atas meja rias Ralina terdapat sebuah sisir dari kayu yang di rendam air bunga. Perlahan aku mendekati sisir itu, tapi saat aku akan memegang nya, tiba-tiba saja Ralina yang sudah bangun itu langsung mencekal pundak ku.
      "Ralin" kataku kaget. Melihat mata Ralina terbelalak melotot kepadaku. Aku melangkah menjauh dari Ralina yang terlihat seperti kesurupan itu. Ralina mengambil sisir nya dan segera menyisir rambut nya. Wajah nya yang tadi pucat, tiba-tiba saja menjadi cerah, Ralina terlihat semakin cantik dan bercahaya.
      "Ralina" panggil ku. Mata Ralina yang mengerikan itu menatapku dari cermin. Kali ini tatapan nya makin mengerikan.
      "Ralin,, ka ka kamu, dapat sisir itu dari mana? Dan itu sisir apa?" tanya ku terbata. Ralina tersenyum. Dan berbalik kepadaku. Tetapi alangkah terkejutnya  aku, saat dia berbalik, wajahnya berubah menyeramkan. Penuh dengan darah di wajahnya. Dan dia bergerak cepat untuk mencekik ku. Seketika aku berteriak minta tolong dan semua sekelilingku terasa gelap.
      "Disya" panggil seseorang samar-samar.
Aku membuka mataku, dan ternyata aku masih di rumah teman ku, tempat aku kerja kelompok. Ini tidak dapat di percaya, padahal tadi aku mengingat aku berada di kamar Ralina.
      "Bangun, udah mau isya, kamu tidur terus." Kata teman ku Fani.