Jam Gadang telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, seperti: pengibaran bendera merah putih untuk pertama kalinya di puncak Jam Gadang setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan pembantaian tahun 1958 akibat pertempuran antara Tentara Indonesia (APRI) dengan Pemerintah Revolusioner Indonesia (PRRI).
Aku masih memandang atap gonjong Jam Gadang di tengah siluet matahari yang menari-nari di atas kepala, ketika Teteh Wien mencolek lenganku,"Yuks, kita maksi laper nih."
"Ayo," aku mengiyakan dengan semangat. Kebetulan cacing dalam perutku mulai berisik.
Pilihan kami kali ini rumah makan padang di sekitar Bukittinggi. Saat lapar dan haus mendera, maka semua rasa hidangan yang tersaji menjelma lezat tak terkira. Sehingga rasa tak perlu lagi diperdebatkan. Kami meninggalkan rumah makan itu dengan bahagia.
Perjalanan selanjutnya tak kami rencanakan sebelumnya. Kami menuju Lembah Harau. Setelah melewati perjalanan melewati bukit-bukit hijau dengan hamparan sawah memanjakan mata, menjelang senja akhirnya kami sampai juga di Lembah Harau. Lokasi Lembah Harau dekat Kota Payakumbuh di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Lidahku tak henti-hentinya mengagumi keindahan ciptaanNya. Lanskap di depanku seolah dipahat manusia bukan hasil proses pembentukan alam. Aku sedang berdiri di sebuah ngarai sementara di kanan-kiri berdiri gagah dua bukit cadas yang mengapitnya. Sebagian besar bukit dipenuhi vegetasi nan hijau, namun beberapa tempat terlihat bukit pasir menonjol dengan warna coklat kemerahan memukau. Berdiri di sana, di tengah kebesaranNya, maka kita menjadi setitik debu dalam semesta.
Tadinya kami ingin menikmati salah satu objek wisata di sana, Kampung Eropa, namun kami terlambat sampai sehingga jam operasional telah tutup. Setelah cukup mengambil dokumentasi, kami segera beranjak pulang. Dua hari di Sumatra Barat adalah wisata yang memanjakan seluruh pancaindra.
Namun seketika kutersentak, ternyata aku belum melakukan misi utama: menapaktilasi jejak sejarah yang terputus. Aku akan kembali lagi ke Minangkabau suatu hari nanti, tekadku. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H