Mohon tunggu...
Dewi Damayanti
Dewi Damayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger

Musim boleh berganti, namun menulis tak mengenal musim. Dengan goresan tintamu, kau ikut mewarnai musim.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temi Utami: Alam akan Merespons Kita

19 Februari 2018   17:08 Diperbarui: 6 Maret 2018   07:53 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan cerita Temi membawa kita kembali ke lorong waktu untuk menyitir bait demi bait puisi Kahlil itu:

Your children are not your children

They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you
, yet they belong not to you.

You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.

You are the bows from which your children
as living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
and He bends you with His might
that His arrows may go swift and far.
Let our bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also the bow that is stable.

 (Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka
adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau namun bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau dapat memberikan cinta, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat kau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu                                                                                                                         Karena hidup tak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu    

                                                                                                   

Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan)

Dari mata bening seorang ibu yang telah menjadi "busur"  bagi "anak-anak panah" kehidupan itu kita pun bisa  menangkap  rasa  cinta  yang begitu luar biasa pada  institusi  yang  telah membesarkan dan memberi dia napas kehidupan ini: Ditjen Pajak. Dan cinta itu pula yang mendorong dia berusaha memahami para pegawainya. Karena dia yakin kesuksesan KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua adalah karena kerja sebuah tim, bukan karena pribadi.  

"Saya belajar memahami orang lain, lewat cara saya memahami anak-anak saya,"pungkas Temi Utami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun