Terjemahan:
 " Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.".[6]
Â
C.Pandemi Covid-19
Pada zaman milenial sekarang ini, sebagaimana sudah dimaklumi mewabahnya COVID-19 ke seluruh dunia, sampai banyak Negara yang aspek perekonomiannya sudah melemah bahkan jatuh, sehingga tiada terkontrol dalam tindakan dan segala program menjadi terabaikan, juga karena rasa cemas dan takut yang mengancamnya dari penyakit tersebut. Bukan untuk memenuhi urasan sehari-hari bahkan urusan ibadahpun ada semacam lockdown, tidak perlu bila didaerah tersebut belum tertular penyakittersebut.
 Masjidil Haram di Mekah dan Madinah pun ditutup entah sampai kapan, bahkan diprediksi sampai bulan haji, sehingga ibadah haji tahun 1441 ini pun lock down. Memang penutupan ibadah haji dan atau umrah bukan hanya kali ini saja, tetapi sudah amat banyak terjadi sejak zaman Rasul Saw yang disebabkan kasus-kasus tertentu.
 Dalam sejarah umat manusia Nabi Muhammad Saw pernah menyampaikan, ketika seseorang mendengar ada wabah terjadi disuatu wilayah, maka janganlah ia masuk kewilayah tersebut dan jika berada di wilayah terjadi wabah, ia diminta meninggalkannya (Sahih Bukhari: 5728) artinya wabah merupakan kondisi yang secara berulang terjadi sepanjang sejarah.
Semua terjadi karena cemas, takut dan galau dalam menghadapi wabah yang menular ini. Manusia memiliki tabiat seperti itu. Maka amat tepat apa yang disebutkan dalam Alquran, An-Nisa/4: 28: "Wa khuliqal insanu Dhaifa..." Manusia itu lemah secara alam aspek apapun, mulai fisik dan psikis. Dengan tenaga yang terbatas karena umur tertentu, sekaligus secara psikis pun terpengaruh. Maka rasa takut seperti ini adalah "Sunnatullah" dan tidak mengenal agama, bangsa dan warnakulit.
D.New NormalÂ
New normal adalah suatu peristiwa dimana langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayahterkait.
"Badan bahasa sudah memberikan istilah Indonesianya yaitu Kenormalan Baru. Kata Normal sebetulnya dalam bahasa Inggris sudah dijadikan nomina makanya jadi New Normal. Badan bahasa kemudian membuat padanannya menjadi Kenormalan. Karena kalau normal itu adjektiva kata sifat, jadi Kenormalan Baru," kata ahli bahasa Prof. Dr. Rahayu Surtiati Hidayat dari Universitas Indonesia.