Di sini juga menyediakan aneka makanan beku produk mereka. Ada bakso besar dan kecil, aneka pempek, juga ada rolade sapi dan ayam, juga daging sapi, iga, dan kaki sapi.
Tak lama pesanan datang satu-persatu. Dimulai dari minuman yang disajikan dengan kemasan plastik.
Ehm sepertinya belakangan sedang tren di tempat makan untuk menyajikan minuman di wadah plastik, bukan disajikan di gelas kaca. Memang sih lebih praktis dan wadahnya bisa dibawa, hanya tampilannya jadi kurang menarik.
Ketika melihat es dogernya disajikan di wadah plastik, aku agak kecewa. Wah tak ada bedanya membeli di penjual pinggir jalan dan tempat yang bagus seperti ini.
Memang sih praktis, tapi agak kurang nyaman menyantapnya di wadah plastik seperti ini bukan di mangkuk. Selain itu tampilan es dogernya jadi tidak menarik dan kurang mengundang selera makan.
Aku membiarkan es serutnya agak mencair untuk memudahkan menyantapnya. Tak lama bakso pun dihidangkan.
Seporsi bakso ini dua puluh ribu. Isinya ada enam buah bakso berukuran sedang. Rasanya sama persis dengan yang kumakan di Lampung. Hanya, kuahnya sedikit berbeda. Kurang pedas khas lada, atau mungkin jenis ladanya berbeda?
Baksonya sedap dan kuahnya gurih. Ada tambahan lemak sapi di kuahnya sehingga cita rasa gurihnya makin kuat.
Omong-omong meski tampilan es dogernya jurang menarik, rasanya sedap. Yang kusuka di es doger ala Bakso Son Hajisony ini adalah keberadaan kacang merahnya. Ada tapai singkong, kelapa muda juga di isiannya, sehingga rasanya manis, segar, dan unik. Harga es dogernya Rp10 ribu.