Selanjutnya pembaca diajak menyantap sajian utama dalam buku ini yakni aneka makanan peranakan dan juga resepnya. Duh jadi lapar.
Ada banyak masakan halalnya. Makanan peranakan tersebut dari bakso, bakpia, capcai, aneka dimsum (pangsit, siomay, lumpia), aneka makanan dari ketan (lemper, wajik), hingga soto.
Ada bahasan tersendiri tentang upacara adat yang memiliki kaitan dengan makanan, perjalanan restoran Oen, sejarah kue bulan dan apa saja yang ada di Imlek.
Oh iya ada cerita tentang ronde, sejarah bakcang, juga lontong Cap Goh Meh, kue keranjang dan dodol.
Membaca buku ini saya merasa seperti pelancong yang penuh rasa antusias menjelajah aneka masakan peranakan.
Ada kalanya saya berhenti sambil membayangkan rasa masakan yang belum pernah saya icip seperti suikiau dan kuotie yang merupakan bagian dari jajanan dimsum. Istilah-istilah dalam bahasa Hokkien juga bertebaran di buku ini.
Membaca buku ini saat perut kosong atau dalam keadaan lapar kurang dianjurkan karena akan membuat perut makin keroncongan.
Foto-foto masakan dalam buku ini benar-benar menggugah rasa. Saya jadi ingin mencobai resep yang ada dalam buku ini.
Detail Buku:
Judul: Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara
Penulis: Aji 'Chen' Bromokusumo
Penerbit: Gramedia
Tebal: 190 halaman
Genre: Nonfiksi, kuliner