Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Prayer of the Refugee, Lagu tentang Pengungsi yang Masih Relevan

15 November 2024   17:36 Diperbarui: 20 November 2024   16:11 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Band Rise Against konsisten menyuarakan isu sosial kemanusiaan dan lingkungan dalam lagu-lagunya (Sumber gambar website official Rise Against) 

Pada tahun 2006, Rise Against merilis tembang berjudul Prayer of the Refugee. Lagu ini langsung melejit berkat komposisi musiknya yang segar dan liriknya yang dalam. Dan, 18 tahun telah berlalu, namun pesan dalam lagu ini masih relevan dan bahkan makin relevan pada saat ini. 

Hingga pertengahan tahun 2024, tercatat 122,6 juta orang di dunia yang terpaksa pindah dari kampung halamannya. Data tersebut berasal dari catatan UNHCR, organisasi internasional di bawah naungan PBB yang mengatur tentang pengungsi. 

Alasan mereka harus berpindah beragam, dari peperangan, persekusi, pelanggaran HAM, dan masih banyak lagi. Angka mereka yang terpaksa meninggalkan kampung halamannya ini meningkat di mana tahun 2006 sebanyak 39,47 juta menjadi 122,6 juta pada 2024. Dari total angka 122,6 juta tersebut, 47 juta merupakan anak-anak. 

Oleh karena peperangan belum kunjung berhenti, jumlah pengungsi juga tak kunjung surut. Para pengungsi sebagian besar berasal dari Suriah, Ukraina, Venezuela, dan Afghanistan. Lainnya dari  Myanmar, Pakistan, Palestina,  Lebanon, Ethiopia, dan negara-negara lain yang mengalami konflik. 

Mereka yang tinggal di pengungsian sebagian masih berharap untuk bisa kembali ke kampung halamannya kelak (Sumber gambar: The Guardian) 
Mereka yang tinggal di pengungsian sebagian masih berharap untuk bisa kembali ke kampung halamannya kelak (Sumber gambar: The Guardian) 

Para pengungsi mengalami berbagai masalah seperti yang tergambar dalam lagu Prayer of the Refugee. Yuk kita ulas lirik dan lagunya. 

Lagu yang dibawakan oleh band asal Chicago, Amerika, ini masuk dalam album keempat yang bertajuk The Sufferer & the Witness. Album ini kental dengan nuansa sosial politik, terutama ketidakadilan dan situasi yang dialami pada pengungsi. Ini selaras dengan sikap band yang kerap menyuarakan isu sosial kemanusiaan dan lingkungan. 

Album ini memiliki tiga tembang yang hits yakni Ready to Fall, Prayer of the Refugee, dan The Good Left Undone. Lagu Prayer of the Refugee makin menuai sukses setelah masuk dalam album soundtrack game Guitar Hero III: Legends of Rock. 

Dalam album keempat ini Tim McIlrath dan kawan-kawan kembali ke akar mereka yakni punk rock. Namun dalam tembang ini mereka memadukannya dengan melodic hardcore. Ini bisa dilihat dari baik-bait awal yang memiliki musik dan gaya bernyanyi yang lembut dan melodius. Namun kemudian berubah drastis di bagian refrain. 

Intro lagu ini memiliki petikan gitar yang sederhana dan khas. Setiap mendengar intro lagu ini, pendengar akan ingat akan tembang ini. 

Band Rise Against konsisten menyuarakan isu sosial kemanusiaan dan lingkungan dalam lagu-lagunya (Sumber gambar website official Rise Against) 
Band Rise Against konsisten menyuarakan isu sosial kemanusiaan dan lingkungan dalam lagu-lagunya (Sumber gambar website official Rise Against) 

Seperti judulnya, Prayer of the Refugee, lagu ini bercerita tentang pengungsi. Di baik-bait awal seorang ayah bercerita tentang kampung halaman mereka, negeri yang jauh. Ia menyebut masa-masa hidup di sana, jauh lebih baik.  

Mereka memiliki tempat yang disebut rumah sebelum mereka mengepak barang dengan tergesa-gesa dan meninggalkan sekeliling tempat tinggal mereka yang hancur. Di sana hidup mereka dulu damai dan menyenangkan, sebelum kehidupan berubah. 

Before we packed our bags
And left all this behind us in the dust
We had a place that we could call home
And a life no one could touch

Bait berikutnya multiintepretasi. Namun lirik ini bisa dimaknai masa-masa mereka di pengungsian atau terombang-ambing di lautan di mana belum ada kepastian akan nasib mereka. Mereka memiliki emosi yang kompleks, marah, sedih, dan merasa putus asa. Mereka kedinginan dan lapar. Nasib mereka tak menentu, bisa jadi mereka tak bisa masuk ke suatu negara dan kapal mereka harus terus berlayar. Mereka tak bisa berbuat apa-apa dan pasrah. 

We are the angry and the desperate
The hungry, and the cold
We're the ones who kept quiet
And always did what we were told

But we've been sweating while you slept so calm
In the safety of your home
We've been pulling out the nails that hold up
Everything you've known


Di bait berikutnya, para masyarakat sipil yang terpaksa mengungsi dan belum memasuki tempat yang masuk kawasan aman, bisa jadi masih terancam. Mereka was-was akan serangan yang bisa mengenai tempat mereka bernaung. Kondisi cuaca buruk dan perubahan iklim juga bisa berisiko tinggi bagi pengungsi, seperti serangan hawa panas dan banjir. Ketika masyarakat lainnya di belahan dunia lain telah tidur nyenyak, mereka tak bisa tidur karena kuatir dengan keselamatan mereka. 

Dalam bait refrain, ada rasa kecewa dan putus asa sehingga mereka sudah tak berani lagi berharap. Mereka telah kecewa dan beberapa kali mengalami diskriminasi ketika akhirnya berhasil ditampung negara lain atau telah menjadi imigran. 

Don't hold me up now
I can stand my own ground
I don't need your help now
You will let me down, down, down!
Don't hold me up now
I can stand my own ground
I don't need your help now
You will let me down, down, down!

Di bait-bait terakhir menunjukkan tekad mereka untuk tetap berjuang hidup dan demi kehidupan yang lebih baik bagi keluarga mereka. Mereka tak akan terus diam, namun akan terus menyuarakan kondisi mereka.

So open your eyes, child
Let's be on our way
Broken windows and ashes
Are guiding the way

Keep quiet no longer
We'll sing through the day
Of the lives that we've lost
And the lives we've reclaimed

Jika melihat video klip, ada interpretasi berbeda tentang lagu ini. Di dalam klip nampak para imigran dan berbagai individu dari negara-negara miskin bekerja dengan upah yang kecil dan lingkungan pekerjaan yang buruk. Bahkan, ada yang memperkerjakan anak-anak agar bisa membayar upah jauh lebih rendah. 

Barang-barang yang diproduksi oleh negara ketiga ini seperti barang fesyen, buah-buahan, perkakas elektronik, kemudian dijual di negara maju dengan harga tinggi. Ehm kondisi ini masih banyak terjadi pada saat ini. 

Berikut video pertunjukan live mereka:


Saat ini band Rise Against masih eksis. Band yang didirikan tahun 1999 ini cukup produktif dan telah merilis sembilan album. Setelah mengalami beberapa kali perubahan formasi, saat ini Rise Against digawangi oleh Tim McIlrath (vokal, rhythm guitar), Joe Principe (bas, backing vocal), Brandon Barnes (drum, perkusi), dan Zach Blair (lead guitar, backing vocal).

Lagu Prayer of the Refugee yang liriknya diciptakan oleh Tim McIlrath membuat pendengar merasa trenyuh dan bersimpati dengan nasib para pengungsi. Tidak ada yang mau jadi pengungsi, apalagi dikarenakan konflik peperangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun