From Zero. Vokalis yang menggantikan posisi Chester Bennington tersebut adalah Emily Armstrong dari Dead Sara.Â
Dua bulan lalu, tepatnya 5 September 2024, Linkin Park mengejutkan para fansnya dengan memperkenalkan vokalis anyar, menemani Mike Shinoda di konser livestream mereka yang bertajukPro dan kontra dari para fans pun mengalir, tak sedikit yang ragu. Namun Linkin Park menjawab keraguan fans dengan album baru yang akan dirilis 15 November mendatang.
Pergantian vokalis adalah sesuatu yang wajar dan umum dijumpai di sebuah band. Ada banyak band yang tetap eksis dan sukses ketika melakukan pergantian vokalis misalnya Dewa 19, Helloween, Van Halen, Deep Purple, Nightwish dan Three Days Grace. Bahkan Slipknot makin sukses ketika vokalis utama digantikan oleh Corey Taylor. Namun, tak sedikit band yang pamornya langsung meredup ketika berganti vokalis karena seperti kehilangan ruh.
Sebenarnya ini bukan kali pertama Linkin Park melakukan perubahan vokalis. Sebelum Chester Bennington, mereka memiliki vokalis bernama Mark Wakefield. Saat itu band mereka masih bernama Xero.Â
Ketika mengetahui vokalis anyar Linkin Park adalah seorang perempuan memang wajar jika para fans meragukan kemampuannya. Pasalnya lagu-lagu Linkin Park banyak yang bertempo cepat dan menggunakan scream. Chester sendiri dikenal sebagai vokalis yang memiliki kemampuan scream yang mumpuni dan susah digantikan.
Setelah mendengar lagu-lagu hits Linkin Park yang dibawakan Emily saat Livestream dan tur ke beberapa tempat, memang ia bisa membawakan lagu-lagu Linkin Park. Ia memiliki karakter vokalis yang parah, bisa menjangkau nada tinggi, dan memang terbiasa membawakan lagu-lagu rock saat menjadi vokalis Dead Sara, band yang membesarkan namanya sejak 2002.
Namun, jika didengar baik-baik, tempo lagu Linkin Park sepertinya sengaja agak diperlambat dan nadanya agak diturunkan agar Emily bisa membawakan lagu dengan baik dan tidak begitu ngos-ngosan. Ini bisa dilihat dari lagu hits Linkin Park yang Chester banget seperti Numb, Papercut, Faint, Crawling, dan Breaking the Habit.Â
Lagu-lagu tersebut susah ditaklukkan oleh Emily karena ruh Chester yang begitu kuat menempel di lagu ini. Namun untuk lagu yang temponya relatif sedang dan tidak banyak scream, maka ia bisa menampilkannya dengan baik.
Nah, umumnya band yang berhasil eksis seperti Helloween dan Van Halen, menciptakan lagu-lagu yang memang cocok dengan warna vokalis dan jangkauan nada si vokalis. Gaya bernyanyi Andi Derris dan Michael Kiske dari Helloween tentu berbeda. Demikian juga dengan David Lee Roth, Sammy Hagar, dan Gary Cherone yang masing-masing pernah menjadi vokalis Van Halen.Â
Di Indonesia, hal ini terasa saat pergantian vokalis Dewa 19 dari Ari Lasso ke Once Mekel. Masing-masing berhasil memberikan nyawa ke lagu-lagu Dewa.
Kembali ke Emily dan Linkin Park, Dead Sara sendiri telah berhasil menelurkan tiga album. Lagu mereka yang cukup populer adalah Weatherman. Di sini vokal Emily terdengar menyatu dengan musiknya yang bergenre heavy metal. Warna suara dan kemampuan vokalnya nampak menonjol dengan musik rock yang temponya lebih lambat dan melodik.
Berikut lagu Weatherman dari Dead Sara
Hal ini sepertinya disadari oleh Mike Shinoda dan kawan-kawan dengan membuat aransemen musik yang agak berbeda dengan lagu-lagu Linkin Park pada umumnya. Ini bisa dilihat dari tiga single anyar Linkin Park yang nantinya akan masuk dalam album anyar From Zero. Single tersebut sudah dirilis dan bisa didengar. Ketiganya adalah Over Each Other, The Emptiness Machine, dan Heavy is the Crown.
Tembang Over Each Other lebih melodik dan melankolis, sehingga memberi kesempatan Emily untuk menunjukkan kemampuan vokalnya. Dan ia cukup berhasil dalam lagu ini. Di sini ia bernyanyi seorang diri, tanpa Mike.
Jika menilik lirik lagunya, temanya relatif umum. Yakni, tentang hubungan cinta dengan seseorang yang memenuhi masalah.
Video klip lagu ini disebut syuting di Korea Selatan dengan melibatkan talent dari Korea. Sepertinya mereka ingin mendapatkan banyak publikasi dari negeri ginseng tersebut.
Over Each Other menurutku biasa saja. Bagus, tapi kurang berkesan. Video klipnya juga standar, juga kurang wah.
Tembang The Emptiness Machine menjadi penghubung lagu Linkin Park. Jejak dan gaya bermusik Linkin Park masih terdengar di sini dengan Mike Shinoda bernyanyi di bait-bait awal. Kemudian menyusul Emily. Tema lagunya juga seperti yang biasa muncul di Linkin Park yakni kekecewaan dan kemarahan.
Lagu ini relatif mudah diterima di telinga (easy listening). Suara Emily juga masuk di sini. Video musiknya lebih dinamis dibandingkan Over Each Other. Hanya memang lagunya belum terlalu istimewa untuk ukuran Linkin Park. Tapi lagu ini bisa jadi unggulan album baru ini.
Single Heavy is the Crown memiliki intro yang unik dan menarik. Aku suka bait-bait yang dibawakan oleh Mike Shinoda dengan lancar meski liriknya begitu rapat. Hanya bagian Emily di awal terdengar biasa saja, namun kemudian ia berhasil memberikan kejutan di bagian akhir lagu.
Lirik Heavy is the Crown nampak puitis dan simbolik. Video klipnya yang menggunakan adegan-adegan dalam film serial Arcane 2 juga menarik. Lagu ini menjadi salah satu soundtrack film animasi populer tersebut.
Secara umum tiga single anyar Linkin Park masih menjanjikan. Setiap lagu punya nilai plus dan minusnya. Secara umum aku paling suka dengan single Heavy is the Crown yang masih memiliki jejak Linkin Park, namun memberikan ruang bagi Emily untuk menonjol. Namun yang paling memberikan ruang bagi Emily untuk menunjukkan kemampuan vokalnya adalah Over Each Other.
Wah jadi penasaran ingin mendengar seluruh lagu-lagu baru Linkin Park yang akan rilis lusa (15 November). Selamat datang Emily Armstrong dan selamat menjadi bagian dari keluarga Linkin Park.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H