Sebuah film yang epik terkadang tak perlu ada sekuelnya.Â
Film Joker menuai banyak pujian pada tahun 2019. Film ini meraih 11 nominasi di ajang Oscar 2019 dan berhasil membawa pulang piala Oscar untuk aktor terbaik dan skoring terbaik. Ketika Warner Bros. Pictures mengumumkan akan memproduksi sekuelnya, ada pro dan kontra di kalangan penikmat film. Namun memang tidak semua film yang bagus perlu ada sekuelnya. Seperti apa sih Joker 2 yang mengusung judul Joker: Folie Deux?Â
Film ini memiliki latar waktu dua tahun pasca peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Joker alias Arthur Fleck (Joaquin Phoenix). Masih sekitar awal 80-an. Arthur kini ditahan di Arkham State Hospital, sambil menunggu proses persidangan.Â
Suatu ketika di ruang terapi musik, Arthur berjumpa dengan Lee Quinzel (Lady Gaga) yang mengaku terpesona oleh sosok Joker. Keduanya pun menjadi dekat, hingga Arthur merasa jatuh cinta dengannya. Lee berjanji akan selalu datang dan mendukung Arthur selama proses persidangan. Namun rupanya ada sesuatu di persidangan.Â
Joker Rasa Baru, Melibatkan Unsur Musikal
Joker ala Joaquin Phoenix bisa dibilang sebagai Joker yang berbeda dengan karakter Joker yang umum dalam semesta DC Comic. Latar belakang sosok Joker, hingga karakter dan motifnya berbeda dengan Joker yang menjadi musuh abadi Batman. Sebenarnya karakter Joker pada film pertama sudah menarik dan ikonik. Ia punya pesona tersendiri.Â
Dulu Joker diniatkan sebagai standalone, film yang berdiri sendiri dan mandiri, tanpa bergantung pada film sebelum dan sesudahnya. Sebenarnya film ini sudah bagus jika dibiarkan tamat begitu saja, tanpa ada sekuelnya. Namun entah karena tergiur dengan pundi-pundi uang atau peluang untuk membuat franchise baru, maka kemudian Joker dibuatkan sekuelnya.Â
Para pencinta film menerima keputusan itu dengan pro dan kontra. Yang pro merasa penasaran setelah melihat ada nama Lady Gaga sebagai Harley Quinn, kekasih Joker. Lady Gaga pernah meraih nominasi Oscar untuk kategori aktris terbaik pada tahun 2019.
Ketika kali pertama melihat adegan Lady Gaga muncul sebagai Lee memang langsung mencuri perhatian. Apalagi ketika Lee kemudian berinteraksi dengan Arthur. Seperti judulnya Folie Deux, yang berarti kegilaan yang menular, Lee nampaknya memiliki karakter yang mirip dengan Arthur. Obrolan mereka nyambung, mereka satu frekuensi.Â
Interaksi keduanya kemudian mewujud dalam bentuk panggung musikal ala Broadway. Seperti layaknya aksi teater musikal, Lee dan Arthur menari sambil bernyanyi dengan latar panggung yang megah. Keduanya menyanyikan nomor hits lawas di antaranya For Once in My Life, Get Happy, What the World Needs Now Is Love, dan To Love Somebody.Â
Awalnya unsur panggung musikal ini terasa segar. Penonton seperti mendapatkan unsur ala-ala La La Land dan Sweeney Todd. Jarang-jarang ada sosok antagonis dalam film superhero yang ditampilkan dalam konsep musikal. Namun sayangnya dengan durasi yang kepanjangan dan alur yang tak berarah, unsur musikal ini kemudian malah membosankan.Â
Konsep musikal ini rupanya merupakan ide dari Joaquin Phoenix, andaikata konsep ini dieksekusi dengan baik dan cukup, maka memang akan menghasilkan sesuatu yang segar. Apalagi jika didukung dengan naskah yang berbobot dan solid.
Namun sayangnya naskah yang disusun oleh Scott Silver dan Todd Phillips ini kedodoran. Sejak adegan di persidangan, ceritanya tidak jelas seperti tidak berarah. Karakter Arthur kurang jelas akan diapakan. Dan, durasinya terasa dipanjang-panjangkan, sehingga ceritanya seakan-akan berlarut-larut, tak kunjung berakhir.Â
Ah pesona Joker di film pertama rasanya pupus. Banyak penonton yang memberikan ulasan negatif untuk film Joker 2. Rotten Tomatoes memberikan rata-rata 33% di mana kritikus dan audience hampir kompak, yakni 27% dari kritikus dan 33% dari audience. Sedangkan IMDb memberikan skor 53% dari 26 ribu penilai.Â
Dari segi akting, Gaga dan Phoenix tidak ada masalah. Mereka tetap memberikan performa yang apik. Kehadiran Harvey Dent juga sebuah hal yang menarik, namun sayangnya penampilan aktor dan desain karakternya mudah dilupakan. Lagu-lagu dalam film ini pun meskipun lawas juga tetap enak didengar. Yang mendapat ulasan buruk adalah cerita dan eksekusinya yang kurang berarah dan membosankan.Â
Moga-moga tidak ada lagi sekuelnya. Biarlah penonton mengenang sosok Arthur Fleck hanya yang tampil di film pertamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H