Salah satu adegan yang memilukan ketika Tomoyo terkejut melihat sahabatnya luka-luka. Ia sedih sekaligus marah karena pada hari sebelumnya ia melakukan berbagai cara agar Mariko tak menemui kekasihnya yang temperamental.
"Aku memang rusak," kata Mariko dengan ekspresi datar. Ia kemudian melanjutkan kata-katanya,"... Aku dipukuli karena nggak nurut. Aku disiksa karena aku memancing emosi mereka. Aku tidak tahu bagaimana memperbaiki diriku sendiri. Aku sangat rusak... "
Meskipun judul film ini tentang Mariko, namun sebenarnya film ini lebih menyoroti sikap dan bagaimana Tomoyo menghadapi hal ini. Ia yang terguncang kemudian memilih melakukan perjalanan panjang dengan tujuan membebaskan sahabatnya. Perjalanannya ini terasa sentimentil.
Tak banyak perubahan dari cerita versi manga jika dibandingkan dengan versi filmnya. Hanya, Yuki Tanada mampu menampilkan kisah ini lewat bahasa visual yang indah, hangat, dan menyentuh, disertai dengan skoring yang lembut.Â
Bahasa gambar yang sederhana namun menyentuh, ketika wadah abu kremasi yang dipangku oleh Tomoyo berubah menjadi sosok Mariko kecil yang memeluknya. Di sebuah adegan, Mariko berkata ingin sekali Tomoyo menjadi ibunya.
Mei Nagano sebagai Tomoyo, menjadi nyawa dalam film ini. Ia mampu menunjukkan beragam wajah dari sosok Tomoyo yang tomboi. Ia suka berlaku spontan, emosional, namun juga setia kawan. Ia mudah marah namun juga mudah menangis. Ia sebenarnya rapuh, tertutupi oleh sikapnya yang keras kepala.
Ya, film ini tentang kontemplasi dan penyembuhan luka yang dialami Tomoyo ketika kehilangan sahabatnya. Apakah perjalanan panjang itu akan memberikannya penyelesaian?Â
Kalian bisa menyaksikan My Broken Mariko secara streaming di website Japanese Film Festival Online 2024 hingga 19 Juni mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H