Acara live bareng Kompas TV berjalan lancar. Ada dua pembawa acaranya, Putri Oktaviani dan Irvanda Sitorus. Acara diawali dengan pemutaran trailer film perdana KOMiK berjudul Jagaditta. Dilanjutkan pertanyaan seputar kapan komunitas berdiri, ragam kegiatan, prestasi, dan misi dari komunitas.Â
Aku dan Achmad Humaidy bergantian menjawab pertanyaan. Untungnya acara berjalan dengan lancar dan kami bisa menjawab semua pertanyaannya. Di acara tersebut kami juga memamerkan buku produksi KOMiK teranyar berjudul Cerita-cerita di Depan Layar dan juga menunjukkan plakat KOMiK sebagai best community 2021.
Ikut Acara Komunitas dan Sesi Bareng mas Kevin
Seusai singgah di booth Pulpen, aku dan Maidy kemudian masuk ke Community Lounge. Mba Denik, ketua Ketapels baru membuka acara. Ia menunjukkan cuplikan tayangan kabaret Ketapels Bukan Sangkuriang Biasa di Taman Ismail Marzuki pada bulan September. Lalu satu-persatu  pemeran kabaret diperkenalkan. Ada Riap Windhu, Jason, dan Hadi Irawan. Mereka masing-masing bercerita tentang proses selama latihan dan tampil di ajang Festival Literasi DKI.
Mba Windhu bercerita ia terkejut mendapat peran sebagai Datang Sumbi. Pasalnya ia merasa dirinya tomboi. Sedangkan Jason kebingungan mencari topeng atau topi sebagai properti anjing ketika ia berperan sebagai si tomang, anjing milik Dayang Sumbi. Sementara Hadi yang menjadi Sangkuriang dewasa mengaku merasa capek ketika melakukan banyak adegan menari.
Sesi berikutnya adalah sharing pengalaman menulis bareng Kopaja 71 yang dipimpin Edward Horas. Para narasumber ada Sutiono Gunadi, Merza Gamal, dan Martha Weda. Merza dan Martha bercerita ia suka menulis sejak kecil. Oleh karenanya keduanya senang ada platform menulis seperti Kompasiana yang bisa menampung ide-ide dan tulisan mereka.
Marta mengaku suka menjadi pendengar. "Banyak mendengar maka bakal banyak ide yang bisa didapatkan," ujarnya. Sedangkan bagi Merza, menulis di Kompasiana itu penting agar apa yang kita pikirkan tertulis dan jadi legacy, Â juga memberikan manfaat kepada pembaca.
Nah, narsum terakhir, Sutiono Gunadi mendapat tepuk tangan meriah. Ia dikenal rajin menulis di Kompasiana. Bahkan sehari bisa lebih dari satu tulisan. Tulisannya pun beragam, dari film, kuliner, hingga olah raga. Ia sendiri bukan tipe yang suka menyebarkan tulisannya. Ia optimis tulisannya akan berjumpa sendiri dengan pembacanya. "Tulisan itu akan hidup dengan sendirinya," ucapnya.
Setelah dua sesi community sharing, langit makin mendung dan hujan deras pun tak terbendung. Beberapa relawan bubar berlarian karena hujan disertai angin. Kompasianer yang masih di halaman pun kemudian berteduh di selasar dan memenuhi sesi mas Kevin.
Aku yang belum mendaftar pun bertahan di dalam ruangan. Padahal sebenarnya aku berencana pulang untuk bersiap kegiatan pagi hari pada hari Minggu. Duh terjebak hujan deh.