Memasuki masa pubertas, emosi terasa bergejolak. Tubuh juga perlahan-lahan berubah. Inilah yang disorot dalam film penutup gelaran Jakarta Film Week 2023, Tiger Stripes.
Film Tiger Stripes berpusat pada sebuah sekolah dasar di Malaysia. Seorang murid bernama Zaffan (Zafreen Zairizal) dikenal begitu bersemangat dan berjiwa pemberontak.Â
Ia mengajak kawan-kawannya, Farah (Deena Ezral) dan Mariam (Piqa) merekam aksi joget-jogetnya yang seronok, lalu mengajak mereka bermain-main di kawasan hutan dan sungai. Ia tak gentar meski akibat kenakalannya ia dimarahi pihak sekolah dan ibunya.
Hingga suatu ketika ia mengalami menstruasi pertama. Ia merasa jengah, apalagi kawan-kawannya mengejeknya, termasuk Farah. Lalu ia melihat sesuatu menyeramkan di hutan. Sejak itu ia merasa emosinya bergejolak, sikap dan mood-nya mudah berubah-ubah.
Sebuah Film yang Unik, Imajinatif, dan Segar
Menyaksikan film Tiger Stripes ini aku merasa penulis naskah dan sutradara Amanda Nell Eu begitu berani dan eksploratif dalam mengeluarkan gagasannya.Â
Tema pubertas dan periode haid adalah sesuatu yang sudah beberapa kali difilmkan, namun Amanda berani mengeluarkan segala imajinasinya dengan menggabungkan elemen lokal dan mitos yang berbau mistis supranatural.
Kultur Malaysia dan Indonesia sendiri tak jauh berbeda. Mitos-mitos tentang perempuan yang mengalami menstruasi di film ini juga sama dengan yang biasa kita dengar di Indonesia.Â
Ada saran untuk mencuci pembalut dengan bersih sebelum dibuang karena kuatir dijilat makhluk gaib, misalnya. Lalu ada kecenderungan makhluk gaib tertarik dengan perempuan yang sedang haid, dan lain sebagainya. Oleh karenanya terasa dekat bagi penonton Indonesia, terutama kaum perempuan.
Amanda di film panjang debutnya ini tak hanya membubuhkan mitos-mitos tersebut, namun juga menabrakkan antara hal nyata dan sesuatu yang samar-samar, sehingga imajinasi penonton pun liar, menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi pada Zaffan. Ia juga memasukkan sentilan-sentilan ke kondisi sosial masyarakat di sana.
Alur cerita, konflik, dan penutup dibiarkan liar bergejolak seperti emosi dan perubahan tubuh yang dialami oleh Zaffan. Film ini tak menuruti pakem-pakem yang biasa muncul di film konvensional. Meski ada unsur supranaturalnya, film ini tak menakutkan, malah ada beberapa adegan yang mengundang tawa.
Dari segi visual, gambar-gambarnya dibiarkan apa adanya, tak berupaya didramatisir. Penggunaan efek visual juga masihlah sangat sederhana dengan make-up yang juga masih kurang meyakinkan, namun setidaknya bisa menunjukkan maksud dan pesan yang ingin disampaikan.
Apresiasi yang besar memang terhadap ceritanya yang unik, imajinatif, dan segar. Selain itu musik openingnya juga memikat, dinamis, dan rancak, membuat penonton penasaran akan isi filmnya. Apresiasi yang juga tak kalah besar yaitu kepada pemeran utamanya, Zafreen Zairizal, yang gemilang menunjukkan perubahan emosi gadis belia yang baru memasuki pubertas.
Film ini meraih penghargaan Critics' Week Grand Prize di ajang Festival Cannes 2023. Film ini disebut wakil Malaysia di ajang Oscar. Tiger Stripes sendiri merupakan hasil produksi keroyokan berbagai negara, salah satunya Indonesia yang diwakili oleh Yulia Evina Bhara.
Dengan penayangan Tiger Stripes, maka berakhirlah gelaran Jakarta Film Week 2023. Selama lima hari acara, 25-29 Oktober telah 103 film dari 44 negara diputar, baik di CGV Grand Indonesia maupun di Kineforum Taman Ismail Marzuki.
Juga ada berbagai workshop dan diskusi perfilman yang diadakan di Hotel Ashley dan Galeri Indonesia Kaya. Penonton lebih dari lima ribu orang dengan penonton streaming mencapai 170 ribu.
Sampai jumpa Jakarta Film Week 2023. Bersiaplah menyambut Jakarta Film Week 2024. Yuk cari ide cerita segar, siapa tahu bisa dapat pendanaan Jakarta Film Fund dan berkesempatan tayang di Jakarta Film Week tahun depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H