Seorang pemuda bernama Ashitaka menemukan gadis hutan bernama San, yang mengendarai serigala raksasa putih. Ia bersama para serigala berukuran besar hendak menyerang desa manusia karena merusak hutan, membunuh para babi hutan, dan mengganggu keseimbangan alam karena kegiatan penambangan mereka.Â
Ashitaka kebingungan mana yang dibantunya, pihak manusia ataukah pihak hewan bersama San. Kemudian muncullah Great Forest Spirit. Namun manusia yang tamak malah mengincar dewa hutan tersebut dan hendak membunuhnya.Â
Sebenarnya aku merasa frustasi ketika menonton animasi ini karena pihak manusia di sini sebenarnya tak patut dibantu karena keserakahan  dan kesombongan mereka terhadap alam. Ceritanya memiliki nuansa yang mirip dengan kisah Nausicaa, di mana seperti San, ia mulai meragukan sifat baik manusia yang semena-mena kepada alam.Â
Aku begitu sedih karena pasukan babi hutan yang ingin menjaga hutan semuanya binasa dengan menyedihkan. Aku juga tak yakin manusia yang kemudian ditolong oleh Ashitaka bisa insyaf dan tak mengulangi perbuatannya yang merusak hutan dan membunuh penghuninya dengan demikian kejam. Ini seperti di dunia nyata, di mana ada pihak-pihak yang berulang kali merusak hutan tanpa ada rasa kasihan kepada para hewan, pepohonan, dan manusia yang bergantung pada hasil hutan.Â
Ketiga film animasi Ghibli tersebut memiliki pesan cinta alam yang demikian kuat. Memang ceritanya agak kompleks dan sebagian alur agak membuat frustasi karena manusia demikian kejam dan tamaknya kepada alam. Padahal manusia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan alam semesta ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H