Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tentang Kompasiana Awards, Dinamikanya, dan Peraih Award yang Menghilang

10 Oktober 2023   13:58 Diperbarui: 10 Oktober 2023   15:34 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada banyak Kompasianer yang datang dan pergi, juga ada kategori awards yang hilang dan baru (dok.KOMiK) 

Dulu-dulu di kalangan Kompasianer ada istilah kutukan Kompasiana Award. Isi kutukannya di antaranya menyebutkan mereka yang menerima award akan segera menghilang dari peredaran di Kompasiana, baik vakum menulis di Kompasiana maupun tak ikut sama sekali kegiatan yang diadakan di Kompasiana.

Jika mengikuti daftar peraih Kompasiana Awards, memang cukup banyak para peraih award yang tak terlihat lagi aktivitasnya di Kompasiana. Mereka vakum menulis di Kompasiana. Ada yang seperti hilang tanpa jejak, namun tak sedikit yang berpindah menulis ke platform tulisan lainnya atau sibuk dengan kegiatan lainnya

Hal tersebut menurutku bukan sebuah kutukan, melainkan hal yang biasa terjadi di manapun. Bisa jadi ada banyak penyebab mereka meninggalkan Kompasiana. Yang pertama bisa jadi Kompasiana sudah dianggap kurang menarik, terlalu banyak iklan yang menutupi kenyamanan membaca, kurang menghasilkan dan sebagainya. Alasan lainnya bisa jadi award tersebut adalah batu loncatan untuk meraih karier yang lebih baik di tempat lain.

Pilihan apapun untuk bertahan atau meninggalkan Kompasiana adalah sebuah hal yang wajar dan manusiawi. Bisa jadi suatu ketika mereka akan kangen dan kembali menulis di Kompasiana.

Untunglah dari sekian banyak peraih Kompasiana Award, masih banyak yang kebal terhadap 'kutukan'. Mereka kusebut loyalis, seperti Opa Tjiptadinata Effendi yang meraih Kompasianer of the Year tahun 2014; mas Rahab Ganendra peraih  best in fiction; juga mbakyu Wahyu Sapta dan Lilik Fatimah yang keduanya peraih best in fiction.  Di kalangan Kompasianer of the Year juga ada mas Agung Handoyo, mba Gaganawati Stegmann, dan Andri Mastiyanto yang juga masih rajin menulis dan beraktivitas di Kompasiana.

Aku juga beruntung masih kebal terhadap kutukan Kompasiana Award. Andaikata aku  bukan salah satu peraih award pun, kemungkinan besar aku juga tetap bertahan di platform menulis satu ini, karena bagiku award adalah sebuah bonus dan apresiasi.

Selama 13 tahun bergabung di Kompasiana dan 10 tahun aktif menulis di Kompasiana, menurutku   Kompasiana bukan sekadar platform untuk menulis dan membagikan tulisan. Ada unsur jejaring, menambah ilmu, dan berkontribusi ke sekeliling. Aku jadi punya semacam keluarga tambahan di sini. Itulah yang membuatku masih betah bertahan di sini meski ya adakalanya aku mengeluh dan mengomel tentang tampilan dan kondisi di Kompasiana yang kurang nyaman.

Tak sedikit gagasanku yang terwujud ketika aku bergabung di sebuah komunitas yang ada di bawah Kompasiana. Mungkin dulu juga tak terbayang suatu ketika aku bisa membuat skenario film dan kemudian membuatnya jadi film betulan bersama KOMiK.

Oleh karenanya bagi mereka yang kecewa karena belum mendapat nominasi Kompasiana Award dan belum pernah meraihnya, maka kekecewaan itu wajar. Jika terus membandingkan dengan pencapaian orang lain maka bisa jadi kalian akan merasa kecewa atau merasa mandeg. Tapi coba lihat juga pencapaian kalian selama ini, bandingkan dengan diri kalian setahun atau beberapa tahun lalu. Bisa jadi kini tulisan kalian lebih enak dibaca, makin banyak yang dapat label pilihan, hingga bisa meraih penghargaan di ajang lomba yang diadakan Kompasiana maupun komunitas. Atau bisa jadi kalian makin rajin menulis. Itu juga sebuah prestasi lho.

Mendapatkan award di Kompasiana memang menyenangkan. Harus kuakui aku merasa terharu  dan senang karena merasa mendapatkan apresiasi. Award itu juga menjadi catatan portofolio menarik dan memang bisa jadi batu pijakan ke karier berikutnya.

Tak bisa kupungkiri dengan award itu aku kemudian lebih percaya diri menulis, terutama di bidang yang kukuasai. Aku kemudian menulis di beberapa platform lainnya, termasuk upgrade skill menulis film di platform yang beken, khususnya tentang ulasan dan artikel film, MontaseFilm.

Di platform tersebut aku kembali belajar dari nol. Tak sedikit tulisanku yang diminta untuk direvisi dan ditambah datanya. Saat itu mereka menerapkan seleksi yang cukup ketat untuk menjaring penulis dan aku merasa percaya diri dengan bekal dua nominasi dan award yang kumiliki.

Ya, Kompasiana award memang bisa jadi batu pijakan untuk karier yang lebih luas dan peluang yang lebar. Oleh karenanya aku merasa wajar jika peraih award kemudian berpindah fokus, berganti platform menulis, dan sebagainya. Siapa tahu suatu saat mereka juga kangen dan kembali lagi ke Kompasiana.

Dinamika Kompasiana Award
Nah tentang Kompasiana Award jika diperhatikan ada dinamika dari soal lokasi penyelenggaraan dan kategori nominasinya. Karena Kompasiana berulang tahun setiap tanggal 22 Oktober maka biasanya perayaan Kompasianival diadakan pada akhir Oktober hingga bulan Desember.

Lokasinya kebanyakan di pusat perbelanjaan seperti di Gandaria City dan Lippo Kemang Mall, tapi juga pernah diadakan di gedung seperti Smesco dan TMII. Kompasianival juga pernah diadakan online dua tahun berturut-turut pada 2020 dan 2021 dan ke salah satu rumah mereka di Bentara Budaya Jakarta.

Kategori Kompasiana Award utamanya mencakup enam hal yaitu Best in Fiction, Best in Opinion, Best in Specific Interest, People Choice, Best in Citizen Journalism, dan Kompasianer of the Year. Tapi ada kalanya ada perubahan setiap tahunnya, misalnya komunitas terbaik. Kategori ini tidak setiap kali diadakan di Kompasianival. Dulu dua kali malah diumumkan di Indonesia Community Day.

Kategori lainnya yang temporal misalnya Achievement of the Year. Dulu seingatku ada nama Faisal Basri, Ivan Lanin dan Pepih Nugraha yang pernah meraihnya. Dulu sepertinya hampir tiap tahun ada, tapi entah sejak kapan kategori ini menghilang. Lalu pada tahun 2022 ada kategori Best Teacher dan Best Student. Kini pada tahun 2023 ada award untuk Kompasianer Paling Lestari. Pada tahun 2019 seingatku juga ada penghargaan khusus bagi mereka yang sering mendapatkan headline, seperti pernah diraih oleh pak Irwan Rinaldi.

Jadi apabila Kompasianer tahun ini sulit untuk dinominasikan tahun ini maka siapa tahu suatu ketika ada kategori yang pas. Yuk ikut ajukan nominasi peraih Kompasiana Awards. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun